Mohon tunggu...
Argya Dharma Maheswara
Argya Dharma Maheswara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta

Manusia yang hidup di segala musim, gemar berkelana, menyukai hal-hal unik untuk dipotret lalu ditulis sebagai sebuah karya yang bisa dibagikan untuk dirasakan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Malam Kudus: Pemersatu Dunia dari Penderitaan

25 Desember 2021   07:30 Diperbarui: 25 Desember 2021   08:25 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Berawal dari sebuah orgel rusak, menjadi menjadi nafas lagu kerakyatan bahkan sebab gencatan senjata dalam perang, Stille Nacht atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Malam Kudus sudah lebih dari dua abad bergema di berbagai belahan dunia. Diterjemahkan dalam berbagai bahasa, Stille Nacht bukan sekadar kidung natal biasa. Kidung ini merupakan kidung paling populer setiap natal tiba. Lirik-liriknya sangat sederhana menghibur berbagai kalangan setiap natal tiba. 

Kisah tentang Malam Kudus sendiri tidak terlepas dari seorang pastor kelahiran Salzbourg, 1792 bernama Joseph Mohr. Memulai karir kepastoran sejak 1815 di Mariapfarr, Lungau yang daerah tersebut adalah bagian dari Salzbourg dan merupakan kampung halaman ayahnya. Mohr seringkali menuliskan puisi sebagai sesuatu yang digemari dan dihasilkan dari setiap pengalamannya. Tugasnya disana dihadapkan dengan tantangan yang sulit, dimana Salzbourg merupakan wilayah dengan kesulitan ekonomi yang rawan kriminalitas karena menjadi rebutan dalam Perang Napoleon yang berkecamuk. 

Hal tersebut juga disusul penderitaan yang dikenal sebagai "The Years Without Summers" yang melanda eropa sekitar tahun 1816. Disinilah eropa mengalami gagal panen yang luar biasa. Akibatnya kelaparan melanda beberapa bagian eropa khususnya Salzbourg. Disinilah Mohr menuliskan sebuah puisi berjudul Stille Nacht yang kita kenal sebagai Malam Kudus. Puisi tersebut mengisahkan kelahiran Yesus Kristus dengan sangat hangat. 

Di kemudian hari pada tahun 1818, Mohr yang saat itu adalah asisten pastor di gereja St. Nicholas Salzbourg memikirkan apa yang akan dipertunjukan pada malam natal. Ide kreatif harus dimunculkan olehnya berhubung orgel gereja sedang dalam keadaan rusak. Sebenarnya sudah ada persiapan untuk drama Natal namun Mohr ingin lebih dari itu. Ia teringat terhadap puisi yang pernah ia tulis pada masa-masa sulit sebelumnya. Ia rasa puisi tersebut dapat dipertunjukan pada malam Natal. 

Setelah itu, ia menemui Franz Gruber yang saat itu adalah pemain orgel gereja. Karena orgel rusak, Gruber mencoba menggubahnya dengan alunan melodi dari gitar. Darisinilah Malam Kudus bermula. Puisi Mohr menjadi sebuah lagu yang sangat bermelodi indah. Akhirnya lagu inilah yang dibawakan pada malam Natal di gereja St. Nicholas. 

Beberapa minggu setelah Natal, seorang ahli orgel yang membenahi orgel gereja St. Nicholas terpikat dengan lagu tersebut, ia meminta salinan dan membawa ke daerah asalnya yaitu desa Kapfing dimana disanalah grup folk Strassers and Rainers berasal. Dari sinilah Malam Kudus menyebar ke seluruh penjuru eropa bahkan Amerika. Bahkan Raja Prusia meminta lagu tersebut sebagai lagu yang wajib ada setiap natal. 

Momen menarik dari Malam Kudus adalah ketika Perang Dunia kesatu (PD I) berkecamuk. Dimana dalam sebuah front di perbatasan Prancis dengan Jerman, pada sebuah malam Natal terjadi gencatan senjata antara dua pihak. Hal ini berawal dari dinyanyikannya Malam Kudus dalam dua bahasa, yaitu bahasa Jerman dan Inggris. 

"Stille Nacht"

"Holy Night" 

"Alles Scläft , All Is bright" 

"Nur das traute hochheilige par"

"Holy Infant so tender and mild" 

"Schlaf in himmlischer ruh!"

"Sleep in heavenly peace"

Semua dinyanyikan secara bersahutan, dari kejadian tersebut pada keesokan paginya kedua belah pihak sepakat melakukan gencatan senjata. Hal romantis pun terjadi, mereka saling bertanding sepakbola, bertukar kado natal berupa rokok dan coklat sampai berkeluh kesah akan kerinduan terhadap keluarga. 

Kini Malam Kudus merupakan lagu yang tidak bisa dilepaskan dari perayaan Natal. Lagu yang lahir dari sebuah masa sulit yang terus hidup di berbagai masa. Iramanya merambah semua golongan dari bawah sampai atas. Inilah yang disebut mahakarya. Disinilah Malam Kudus akan selalu identik dengan Natal sebagai titik renungan akan sebuah permulaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun