Mohon tunggu...
Argya Dharma Maheswara
Argya Dharma Maheswara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta

Manusia yang hidup di segala musim, gemar berkelana, menyukai hal-hal unik untuk dipotret lalu ditulis sebagai sebuah karya yang bisa dibagikan untuk dirasakan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kreatif, Berinovasi dan Berkolaborasi: Cara Jurnalis Menjawab Industri

15 Desember 2021   17:00 Diperbarui: 15 Desember 2021   19:10 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang telah merebak ke segala aspek kehidupan termasuk budaya, seni, sosial, media, ilmu pengetahuan bahkan spiritual sepertinya sangat perlu untuk kita mengedepankan inovasi. Itu semua tidak lepas dari fakta yang tidak bisa kita hindari bahwa setiap perubahan dalam sejarah, hal yang mengawalinya adalah gagasan atau pemikiran baru yang belum ada sebelumnya. Dari sinilah titik penting bahwa pelajaran utama dan kemampuan utama untuk hidup di zaman ini adalah kreatif yang melahirkan berbagai inovasi. 

Kenapa kreatif? Manusia dalam hidupnya kelak ketika menemui berbagai perubahan hanya akan tersudut pada pilihan untuk menjadi kreatif atau taat, taat disini diartikan sebagai sifat konsumsi dimana orang yang tidak kreatif akan menempatkan diri mereka bukan sebagai subjek melainkan objek dari pelaku pasar industri. Jika pilihannya adalah menjadi konsumen itu juga bukan kesalahan melainkan ketidaktepatan kita menempatkan diri pada zaman, jika kita ingin melangkah selangkah lebih maju maka jangan biarkan diri kita menjadi konsumen yang ujung-ujungnya hanya menjadi batu pijakan untuk orang-orang kreatif, mau tidak mau merekalah yang akan menjadikan kita sebagai pasar andaikata kita tidak kreatif.

Lantas bagaimana kita bisa menjadi pihak kreatif? Perlu digaris bawahi bahwa kreatifitas kita dalam industri juga tidak boleh menjadi alat untuk kerakusan kita dalam pemanfaatan terhadap sumber daya baik alam maupun manusia. Kreatif disini dimaksudkan sebagai langkah untuk menemukan inovasi-inovasi baru yang kompatibel terhadap kebutuhan masyarakat di tengah kemajuan zaman. Kompatibel terhadap kebutuhan masyarakat bukan tanpa sebab, karena untuk apa ada kemajuan berlandaskan inovasi baru dari kita jika itu tidak selaras dengan kebutuhan? Naasnya itu malah mempersulit kehidupan manusia dan sangat bertentangan dengan prinsip industri dalam kemajuan yang mana prinsip utama dari kemajuan adalah mempermudah segala kegiatan manusia. 

Maka prinsip utama dalam berinovasi yang paling tepat adalah kemanusiaan, kita dapat berusaha sebaik mungkin agar tidak ada yang dirugikan karena inovasi yang kita gaungkan. Lebih hebat lagi jika inovasi itu adalah hal yang murni baru dan belum ada sebelumnya bahkan belum pernah terpikirkan oleh benak pikiran manusia. Itulah inovasi yang sejati dan rasanya itu akan muncul dari benak jiwa yang merdeka dan kreatif. 

Hal lain yang tak kalah penting dari inovasi adalah kolaborasi, karena tidak akan pernah ada manusia yang berjalan jauh melesat ke depan selama dirinya tidak terbuka terhadap orang-orang disekelilingnya entah yang akan menjadi pendukung atau penghalang dari kemajuan. Manusia dalam posisinya sebagai subjek dalam Revolusi Industri selalu membutuhkan pihak lainnya untuk mengembangkan inovasinya, karena suatu ide akan menjadi realitas jikalau ide tersebut menjadi nyata dan untuk menjadikannya nyata butuh banyak tangan, banyak tenaga, banyak pihak dan banyak aktor di usaha tersebut. 

Kolaborasi sendiri juga tidak lepas dari konsep dasar manusia sebagai makhluk sosial, ia berada karena ada lainnya. Usaha-usaha kolaborasi inilah yang kelak juga dapat melahirkan inovasi baru, karena dari kolaborasinya banyak kepala menjadi satu. Dengan menyatunya beberapa orang dalam kolaborasi inilah kita sadar bahwa kolaborasi menjadi titik penting. Kolaborasi adalah kunci keberhasilan, kenyataan dan realistik yang tak bisa dibantah oleh apapun. Maka inovasi dan kolaborasi sejatinya adalah suatu kesatuan, yang lengkap dan utuh untuk menjawab tantangan zaman. 

Dalam bidang Jurnalistik yang saya akan bahas ini sudah seharusnya tidak bisa lepas dari inovasi dan kolaborasi. Mengingat bahwa media tidak bisa diacukan hanya pada satu kepala, satu pemikiran ataupun paksaan pihak yang kuat, kalau terjadi itu maka namanya sudah berubah menjadi propaganda. Inovasi dan kolaborasi dalam dunia Jurnalistik sudah mendarah daging, contohnya perkembangan media dari masa ke masa yang sangat pesat, itu termasuk dalam inovasi. Apalagi kita berada di zaman yang serba cepat dan pesat. Ini menggeser media dari peran eksklusif menjadi universal. 

Inovasi dalam hal ini sudah lazim seperti munculnya beberapa media yang mana dalam media tersebut memuat beberapa tulisan informasi dari masyarakat bebas.Inovasi ini juga tidak sepenuhnya baik karena saking bebasnya media mengeluarkan berita masyarakat kita menjadi sangat rentan dengan "kebanjiran berita". Dari kasus itulah kita juga perlu nilai kolaborasi, dimana dari kolaborasi dapat menjadi penyeimbang untuk inovasi-inovasi dalam media yang mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat. 

Dengan kolaborasi, media dapat saja bekerjasama dengan pihak-pihak penangkal berita palsu seperti Kepolisian dan BIN, semua dilakukan guna mencegah kerancuan persepsi di masyarakat tentang suatu informasi. Media juga dapat berkolaborasi dengan cara memfilter partner kolaborasi, tidak semua orang dapat mengakses nama media untuk menyebarkan berita namun hanya orang-orang yang sudah diakui kejelasan dari maksud dan tujuan dalam menyebarkan berita tersebut saja. 

Bagaimanapun tantangan media di Revolusi Industri 4.0 adalah berita palsu bahkan pemutarbalikan fakta. Hal lain yang harus diperhatikan dalam inovasi pemberitaan media di zaman ini adalah skala prioritas, sering sekali berita yang disuguhkan oleh media adalah hal yang sebetulnya tidak layak diberitakan. Media terkadang lebih terfokus terhadap pasar dan melupakan prinsip dasar Jurnalistik yaitu menyampaikan, mengemukakan dan menyebarkan berita-berita yang masyarakat butuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun