Industri 4.0 yang telah merebak ke segala aspek kehidupan termasuk budaya, seni, sosial, media, ilmu pengetahuan bahkan spiritual sepertinya sangat perlu untuk kita mengedepankan inovasi. Itu semua tidak lepas dari fakta yang tidak bisa kita hindari bahwa setiap perubahan dalam sejarah, hal yang mengawalinya adalah gagasan atau pemikiran baru yang belum ada sebelumnya. Dari sinilah titik penting bahwa pelajaran utama dan kemampuan utama untuk hidup di zaman ini adalah kreatif yang melahirkan berbagai inovasi.Â
Dalam menghadapi RevolusiKenapa kreatif? Manusia dalam hidupnya kelak ketika menemui berbagai perubahan hanya akan tersudut pada pilihan untuk menjadi kreatif atau taat, taat disini diartikan sebagai sifat konsumsi dimana orang yang tidak kreatif akan menempatkan diri mereka bukan sebagai subjek melainkan objek dari pelaku pasar industri. Jika pilihannya adalah menjadi konsumen itu juga bukan kesalahan melainkan ketidaktepatan kita menempatkan diri pada zaman, jika kita ingin melangkah selangkah lebih maju maka jangan biarkan diri kita menjadi konsumen yang ujung-ujungnya hanya menjadi batu pijakan untuk orang-orang kreatif, mau tidak mau merekalah yang akan menjadikan kita sebagai pasar andaikata kita tidak kreatif.
Lantas bagaimana kita bisa menjadi pihak kreatif? Perlu digaris bawahi bahwa kreatifitas kita dalam industri juga tidak boleh menjadi alat untuk kerakusan kita dalam pemanfaatan terhadap sumber daya baik alam maupun manusia. Kreatif disini dimaksudkan sebagai langkah untuk menemukan inovasi-inovasi baru yang kompatibel terhadap kebutuhan masyarakat di tengah kemajuan zaman. Kompatibel terhadap kebutuhan masyarakat bukan tanpa sebab, karena untuk apa ada kemajuan berlandaskan inovasi baru dari kita jika itu tidak selaras dengan kebutuhan? Naasnya itu malah mempersulit kehidupan manusia dan sangat bertentangan dengan prinsip industri dalam kemajuan yang mana prinsip utama dari kemajuan adalah mempermudah segala kegiatan manusia.Â
Maka prinsip utama dalam berinovasi yang paling tepat adalah kemanusiaan, kita dapat berusaha sebaik mungkin agar tidak ada yang dirugikan karena inovasi yang kita gaungkan. Lebih hebat lagi jika inovasi itu adalah hal yang murni baru dan belum ada sebelumnya bahkan belum pernah terpikirkan oleh benak pikiran manusia. Itulah inovasi yang sejati dan rasanya itu akan muncul dari benak jiwa yang merdeka dan kreatif.Â
Hal lain yang tak kalah penting dari inovasi adalah kolaborasi, karena tidak akan pernah ada manusia yang berjalan jauh melesat ke depan selama dirinya tidak terbuka terhadap orang-orang disekelilingnya entah yang akan menjadi pendukung atau penghalang dari kemajuan. Manusia dalam posisinya sebagai subjek dalam Revolusi Industri selalu membutuhkan pihak lainnya untuk mengembangkan inovasinya, karena suatu ide akan menjadi realitas jikalau ide tersebut menjadi nyata dan untuk menjadikannya nyata butuh banyak tangan, banyak tenaga, banyak pihak dan banyak aktor di usaha tersebut.Â
Kolaborasi sendiri juga tidak lepas dari konsep dasar manusia sebagai makhluk sosial, ia berada karena ada lainnya. Usaha-usaha kolaborasi inilah yang kelak juga dapat melahirkan inovasi baru, karena dari kolaborasinya banyak kepala menjadi satu. Dengan menyatunya beberapa orang dalam kolaborasi inilah kita sadar bahwa kolaborasi menjadi titik penting. Kolaborasi adalah kunci keberhasilan, kenyataan dan realistik yang tak bisa dibantah oleh apapun. Maka inovasi dan kolaborasi sejatinya adalah suatu kesatuan, yang lengkap dan utuh untuk menjawab tantangan zaman.Â
Dalam bidang Jurnalistik yang saya akan bahas ini sudah seharusnya tidak bisa lepas dari inovasi dan kolaborasi. Mengingat bahwa media tidak bisa diacukan hanya pada satu kepala, satu pemikiran ataupun paksaan pihak yang kuat, kalau terjadi itu maka namanya sudah berubah menjadi propaganda. Inovasi dan kolaborasi dalam dunia Jurnalistik sudah mendarah daging, contohnya perkembangan media dari masa ke masa yang sangat pesat, itu termasuk dalam inovasi. Apalagi kita berada di zaman yang serba cepat dan pesat. Ini menggeser media dari peran eksklusif menjadi universal.Â
Inovasi dalam hal ini sudah lazim seperti munculnya beberapa media yang mana dalam media tersebut memuat beberapa tulisan informasi dari masyarakat bebas.Inovasi ini juga tidak sepenuhnya baik karena saking bebasnya media mengeluarkan berita masyarakat kita menjadi sangat rentan dengan "kebanjiran berita". Dari kasus itulah kita juga perlu nilai kolaborasi, dimana dari kolaborasi dapat menjadi penyeimbang untuk inovasi-inovasi dalam media yang mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat.Â
Dengan kolaborasi, media dapat saja bekerjasama dengan pihak-pihak penangkal berita palsu seperti Kepolisian dan BIN, semua dilakukan guna mencegah kerancuan persepsi di masyarakat tentang suatu informasi. Media juga dapat berkolaborasi dengan cara memfilter partner kolaborasi, tidak semua orang dapat mengakses nama media untuk menyebarkan berita namun hanya orang-orang yang sudah diakui kejelasan dari maksud dan tujuan dalam menyebarkan berita tersebut saja.Â
Bagaimanapun tantangan media di Revolusi Industri 4.0 adalah berita palsu bahkan pemutarbalikan fakta. Hal lain yang harus diperhatikan dalam inovasi pemberitaan media di zaman ini adalah skala prioritas, sering sekali berita yang disuguhkan oleh media adalah hal yang sebetulnya tidak layak diberitakan. Media terkadang lebih terfokus terhadap pasar dan melupakan prinsip dasar Jurnalistik yaitu menyampaikan, mengemukakan dan menyebarkan berita-berita yang masyarakat butuhkan.Â
Dengan inovasi kita dapat mengatasi hal ini dengan membuat suatu sistem yang bisa mengetahui berita-berita mana saja yang memang penting dan diperlukan. Sistem ini kelak harus diciptakan dengan kecerdasan buatan yang mana standarisasinya sudah ditetapkan dengan skala terbaik dan tertepat untuk masyarakat, bahkan masyarakat dapat memilih secara demokratis topik apa saja yang penting untuk disajikan oleh media. Hal ini juga mengurangi citra buruk media agar tidak dianggap murahan oleh sebagian kalangan.Â
Maka dari itu, dalam berinovasi dan kolaborasi, media sudah seharusnya mendapatkan dan mengaplikasikan metode-metode yang tepat, cermat dan cepat untuk menanggulangi berita palsu. Dibalik kecepatan waktu untuk berpesan, disitu juga ada sejuta mara bahaya yang mengintai, karena dari itu sangat penting untuk berhati-hati menyebarkan informasi khususnya bagi insan jurnalistik yang independen dan kreatif.Â
Langkah-langkah untuk berinovasi dan berkolaborasi dalam bidang Jurnalistik sudah seharusnya tidak dikekang dengan apapun kecuali norma-norma yang ada di masyarakat. Dalam berinovasi sudah seharusnya kita berani jika kreatifitas kita sudah melahirkan sesuatu, sangat tidak baik untuk membunuh kreatifitas sendiri. Sayangnya di Republik Indonesia inovasi-inovasi dari generasi muda kurang mendapat apresiasi, bahkan dalam hal-hal yang menyangkut kemajuan di masa Industri 4.0. Republik ini seringkali hanya mengakui kemajuan di bidang teknologi dan kurang mengapresiasi kemajuan di bidang seni, budaya dan sosial. Itu menjadi suatu ketimpangan yang terjadi di dalam Industri 4.0. Ini akan menjadi pengaruh buruk bagi insan modern yang ingin menggapai keaslian dirinya sendiri namun dirinya berkompetensi di bidang selain teknologi.Â
Banyak yang menjadi takut untuk melakukan inovasi atau kolaborasi hanya karena muncul keminderan atas perilaku masyarakat luas terhadap kemajuan zaman. Dalam bidang Jurnalistik keberanian dalam inovasi harus dilahirkan karena tanpa keberanian untuk apa media ada? Inovasi itu tentunya masih dalam batas skala prioritas menurut masyarakat banyak dan andaikata ada inovasi yang sebelumnya belum pernah ada, insan media harus berani mengemukakannya walau terkadang mendapat justifikasi buruk dari sisi dalam maupun luar, selama inovasi tersebut bermanfaat baik untuk peran media dalam Revolusi Industri 4.0, ketakutan tidak perlu dibesarkan. Inovasi dalam bidang ini juga harus mengedepankan prinsip independen yang kreatif dan rasanya hal yang terkadang membuat kita takut adalah independensi yang muncul dari diri kita sendiri.Â
Rasanya untuk menjadi independen di masa ini butuh keberanian yang tegas dan teguh. Tapi itu sudah menjadi harga mati bagi insan jurnalistik untuk mempertahankan prinsip independen dalam berinovasi. Selain itu, dalam berinovasi juga kita harus berani mendobrak dan merevisi hal-hal yang sudah melenceng, setidaknya dengan begitu kita mengembalikan hakikat yang nyata ke tempatnya. Itu semua agar peradaban manusia tetap seimbang dalam segala perkembangan zaman termasuk Revolusi Industri 4.0 ini. Penyeimbangan itu juga peran jurnalis sebagai representasi masyarakat dalam tatanan negara maupun sosial. Selanjutnya dalam berkolaborasi juga kita tetap wajib berani dan percaya diri. Inilah poin utama dari kolaborasi, tanpa kepercayaan diri tidak akan ada kolaborasi antar apapun.Â
Dalam dunia Jurnalistik, kolaborasi yang dilandaskan kepercayaan diri sudah pasti membuahkan hasil yang kompeten dan total. Untuk berani dan percaya diri, kita perlu yakin dengan tujuan kita, bahwa tujuan itu sudah benar dan tepat atau belum untuk dihidangkan ke masyarakat. Sebagai insan jurnalis, ketepatan dan presisi itulah yang menjadi nilai kita dimata masyarakat, jika kita rasa sudah tepat dan benar maka lanjutkan dengan takaran kebaikan dan kebijaksanaan, jika sudah baik dan bijaksana maka tugas akhirnya adalah beranikan diri untuk memulai kolaborasi dengan siapapun. Kenapa berani? Sebab dengan kepercayaan bahwa hal yang kita jalankan benar, tepat, baik dan bijaksana, itu sudah menjadi landasan idiil yang tepat untuk memulai kegiatan bersama. Khususnya dalam Revolusi Industri 4.0 ini banyak tantangan untuk memulai kolaborasi dengan siapapun, apalagi di dunia Jurnalistik, sudah seharusnya dapat menggapai berbagai ranah seperti sosial, budaya, seni, kesehatan, ekonomi, politik bahkan beragam hal baru. Dan kita perlu sadar sebagai jurnalis, untuk memulai segala pemberitaan soal hal-hal tersebut diperlukan keberanian untuk berkolaborasi.Â
Dari niat awal soal inovasi dan kolaborasi dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 sudah seharusnya kita lebih siap kembali dan tidak minder untuk ikut bergabung dalam arus industri. Namun, penekanan untuk hanyut dalam arus industri juga diperlukan keteguhan hati yang tetap berpegang terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan dan skala prioritas dalam masyarakat, khususnya ketika berinovasi dan berkolaborasi sebagai jurnalis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H