Mohon tunggu...
Bunda Aybad
Bunda Aybad Mohon Tunggu... Lainnya - emak yang gemar menulis

mulai suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Filosofi di Balik Anosmia (Part 1)

11 September 2021   12:38 Diperbarui: 13 September 2021   20:51 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir 2019 dunia dikejutkan dengan datangnya virus asing yang keberadaannya menghebohkan seantero jagad. Bahkan virus Corona yang berubah panggilan menjadi Covid-19 memiliki keahlian untuk bermutasi dan sampai sekarang sudah menghasilkan varian yang kesekian.

Vaksinasi sebagai benteng pertahanan imun digerakkan di seluruh dunia. Berbagai macam nama vaksin diproduksi massal dengan efikasi yang berbeda-beda terhadap virus.

Meskipun diproduksi massal, jumlahnya tergolong sedikit karena banyak negara yang saling berebut untuk mendapatkannya. Akan tetapi ada juga negara yang memiliki jumlah berlebih untuk rakyat negaranya sendiri.

Para penyintas Covid-19, sebutan orang yang pernah terkonfirmasi Covid-19 pasti pernah mengalami efek pasca terinfeksi virus ini.  Efek pasca Covid-19 yang umum terjadi adalah badan lemas, sesak nafas, dan masih mengalami batuk.

Efek lainnya dengan persentase yang kecil, sebut saja masih mengalami anosmia, menstruasi yang tidak teratur, bahkan sampai ada yang cegukan berulang-ulang dalam satu harinya.

Salah satu gejala khas Covid-19 adalah kehilangan indera penciuman atau bisa disebut anosmia. Anosmia ini juga bisa mengakibatkan menurunnya nafsu makan dan bisa terjadi setelah dinyatakan negatif Covid-19. Artinya anosmia ini bisa berlangsung lebih dari dua minggu.

Saya sendiri merasakan anosmia ini beberapa minggu terakhir. Entahlah apa karena sakit flu biasa atau karena terjangkit virus Covid-19 ini, karena tidak melakukan tes Swab.

Awalnya anosmia ini tidak tersadari dan tiba-tiba saja terjadi, walaupun saya memang mengalami gejala lain khas gejala Covid-19. Menurut yang saya baca, anosmia juga bisa terjadi pada seseorang yang sakit flu biasa.

Saat memetik daun jeruk untuk bumbu masakan, spontan ingin mencium baunya. Beberapa kali memastikan sambil menyobek-nyobek daun, tapi tetap tidak berbau jeruk sama sekali. Bahkan bau terasi yang sangat menyengat-pun tak terasa sama sekali.

Awalnya memang terganggu, karena benar-benar tidak merasakan bau apapun saat memasak. Bahkan indera pengecap pun ikut terganggu karenanya. Entahlah hasil masakan rasanya seperti apa. Akhirnya memasak dilakukan dengan intuisi dan kebiasaan masak sehari-hari saja.

Anosmia ini saya rasakan sampai lebih dari dua minggu, bahkan lebih dari satu bulan. Terkadang bisa merasakan bau sekelebat saja. Bisa diibaratkan bau yang tercium sangat tipis sekali, seperti sehelai benang yang paling tipis dan halus. Kemudian hilang begitu saja dan saya kembali ke keadaan semula tak bisa mencium bau lagi.

Lama kelamaan saya menjadi terbiasa dengan keadaan ini. Bau negatif ataupun positif sama saja di hadapan indera penciuman saya. Bau negatif adalah bau-bauan tak sedap, seperti bau badan ataupun bau kentut. Sedangkan bau positif seperti wangi-wangian atau bau bumbu dapur yang terbiasa di hidung saya setiap hari bergelut di dapur.

Anehnya ada kesenangan tersendiri dalam hati saya, meskipun ada kekurangan secara fisik lewat anosmia ini. Entahlah, semacam rasa kesyukuran yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. (bersambung ke Part 2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun