Mohon tunggu...
Muhammad Arif Asy-Syathori
Muhammad Arif Asy-Syathori Mohon Tunggu... Petani Sehat -

Bercita-cita sebagai penulis yang bisa menginspirasi dan memotivasi setiap orang yang membaca buku karyaku, Please visit ; kakakhahu.blogspot.co.id to know about me more!! Mari berteman...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Alasan Mengapa Harus Berlapang Dada Menghadapi Prasangka dan Fitnah Orang Lain

2 Mei 2016   16:03 Diperbarui: 2 Mei 2016   18:14 1966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Bersyukur karena yang berlaku buruk bukanlah kita. “Untung bukan saya yang berlaku buruk Yaa Allah.” Dosa adalah milik mereka yang berlaku buruk bukan yang menerima perlakuan buruk. Dendam dan membalas dengan keburukan bukanlah solusi. Malah dengan dasar Mahabbah bi Rauhillah-saling mencintai satu sama lain sebagai saudara harusnya kita mengingatkan dengan cara yang baik dan tidak menyakiti balik. Niatnya juga bukan sebagai pembelaan diri tapi menjalankan perintah Rasulullah untuk membangun ikatan saling mencintai dan melindungi satu sama lain.

   Jangan kita balas prasangka orang lain dengan prasangka balik. Jika kita mendapat prasangka dari orang lain sebisa mungkin dan normal bagi kita untuk mengklarifikasi jika dianggap fatal. Jangan beranggapan orang tersebut tidak akan menerima klarifikasi kita, itu hak Allah yang menilai. Jika kita tidak berani mengklarifikasi kepada orang tersebut karena kita beranggapan dia akan menolak dan justru nglunjak sama saja kita juga telah berprasangka terhadap orang tersebut. Prasangka kok dibalas prasangka?

   Demikian lah 5 alasan mengapa kita harus berlapang dada dalam menghadapi cobaan dalam bersosial. Di atas adalah hanya secuil alasan yang dapat diuraikan oleh penulis berdasar kajian-kajian kyai Tanjung. Bilamana ada kesalahan atau kekurangan adalah murni kesalahan penulis. Penulis yang masih belum paham dan sedang sembrono

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun