Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Atheis

26 Juli 2021   12:40 Diperbarui: 26 Juli 2021   13:10 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Menurutku doktrin itu terlalu dipaksakan. Tidak semua manusia sama daya pikirnya. Tidak semua manusia mampu membuat analisis-analisis yang rumit terkait keberadaan Tuhan."

"Kenapa Tuhan tidak bikin saja cara membuktikan keberadaannya yang simpel dan tidak perlu diperdebatkan lagi? Misal, Tuhan bicara langsung dari langit sana. Sambil langit tersibak dan petir menyambar-nyambar, tiba-tiba terdengar suara Tuhan menggelegar di seluruh penjuru bumi, berkata, "wahai seluruh manusia, Akulah Tuhan kalian, Aku lah sang Maha Kuasa." Beres kan? Seluruh manusia di muka bumi pasti akan segera percaya Tuhan detik itu juga tanpa ada perdebatan apapun."

"Tidak adil dong, kalau untuk percaya Tuhan harus berpikir dan membuat analisa macam-macam? Padahal, Dia ciptakan manusia ada yang mampu berpikir dengan baik tentang hal yang rumit-rumit, ada yang tidak, yang hanya mampu mencerna hal-hal sederhana saja. Tidak adil dong, Tuhan? Karena hanya orang-orang pintar yang akan mampu meyakini keberadaan Tuhan."

"Terkait alam semesta itu sendiri, aku juga tidak percaya lagi semua diciptaan oleh Tuhan. Coba kalian pikir. Apa gunanya Tuhan menciptakan alam semesta ini?"

"Menurut ajaran agama, alam semesta ini diciptakan dan diurus oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Nah, sebelum Tuhan menciptakan alam semesta, Tuhan ngapain aja, ya?"

"Tidak ada yang diurus. Karena belum ada alam semesta. Belum ada malaikat, iblis, bumi, langit dan segala isinya. Dan, tentunya belum ada manusia. Semua belum diciptakan. Jadi, Tuhan ngapain aja? Nganggur?"

"Terus, karena bosan nganggur, Dia ciptakan alam semesta? Begitu?"

"Kemudian, nanti Dia hancurkan lagi alam semesta itu dengan kiamat? Lantas, setelah kiamat, setelah manusia diadili, yang berhak masuk surga sudah di surga, yang harus abadi di neraka sudah masuk neraka, terus Tuhan ngapain lagi? Nganggur lagi sampai selama-lamanya? Aneh, bukan?" Arman semakin berapi-api.

"Astaghfirullaah," kali ini Hendra dan Heri benar-benar terperangah dan hampir berbarengan 'ngucap' mendengar Arman terus nyerocos dengan pemikiran-pemikiran anehnya itu.

Mereka benar-benar kaget. Rupanya serius, teman mereka itu, entah sedang dirasuki setan apa, tiba-tiba mendelegitimasi keberadaan Sang Maha Pencipta dari alam pikirannya.

"Man, bukan begitu pastinya. Argumen-argumenmu yang meragukan Tuhan itu pasti ada penjelasannya. Cuma kita aja yang belum sampai ngajinya ke situ," Heri coba mematahkan Arman. Dia benar-benar gundah mendengar segala perkataan Arman barusan. Tiba-tiba dia merasa menyesal menjadi orang yang fakir ilmu agama. Sehingga sama sekali tidak bisa memberi bantahan atas argumen sahabatnya yang tengah terancam menjadi ateis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun