Artinya, lima pesawat tersebut disewa sangat mahal tapi tidak menghasilkan sama sekali, karena hanya menjadi pesawat cadangan untuk mengantisipasi ada pesawat yang berhalangan, agar tidak terjadi 'delay'.
Itu lah sebabnya Garuda terkenal tidak pernah 'delay'. Karena, begitu ada pesawat yang terkendala untuk terbang, langsung dikerahkan pesawat pengganti.
Sementara, maskapai lain tidak begitu. Mereka tidak punya armada cadangan. Kalau pesawat terkendala, maka terjadilah 'delay'. Satu penerbangan 'delay' pasti akan berrentet pada jadwal-jadwal penerbangan selanjutnya. Bahkan tak jarang ada yang terpaksa dibatalkan.
Dari beberapa item itu saja sudah terlihat betapa jauh lebih mahalnya biaya operasional garuda dibanding kompetitor. Sementara, ia "dipaksa" untuk tetap hidup karena satu-satunya 'simbol' negara di bisnis transportasi udara.
Itu lah pejelasannya kenapa Garuda merugi. Singkatnya, karena persaingan yang tidak simetris dengan kompetitor, tutup sang GM.
Saya pun mengangguk-angguk paham. Penjelasan yang sangat jelas dan masuk akal, batin saya.
Lantas, Pertamina, bagaimana penjelasannya? Kenapa selalu merugi?
Belum sempat sang GM menjawab, saya mendapat "panggilan alam." Ketika panggilan selesai saya tunaikan, kesempatan melanjutkan diskusi tak ada lagi.
Disclaimer:
Angka-angka di atas mungkin tidak persis seperti yang diucapkan sang GM saat itu, karena saya lupa, maklum obrolan santai, tidak dicatat. Tapi gambarannya lebih kurang demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H