"Nggak, nggak, nggak.. aku nggak setuju!" Istri menggelengkan kepala seraya mengibas-ngibaskan telapak tangannya mempertegas ketidaksetujuannya.
"Loh, kenapa?"
"Rugi dong aku, lagi enak-enaknya dicabut."
Wajah istri bersemu malu. Aku jawil gemes pipinya. Ya, cuma bisa menjawil. Dia masih nifas.
"Hmm, trus gimana lagi, dong, ya?"
"Ga pa pa lah, Bang. Kita pakai kontrasepsi aja." Usul istri.
"Ya sudah, konsul lah ke dokter. Pilih kontrasepsi yang paling sesuai."
***
Pagi itu aku siap-siap mau ngojol. Sebelum berangkat, aku ke dapur menyiapkan sendiri sarapan. Seperti biasa, ritual sarapan pagiku cukup dengan seporsi mie instan rebus pakai telur dan segelas susu.
Ketika akan merebus mie, aku langsung tersenyum lebar saat mengambil mie instan dari kotak kardusnya. Hanya sisa satu dari total isinya 40 bungkus ketika aku beli di hari istriku melahirkan.
Mie itu aku makan satu bungkus setiap hari. Sekarang hanya tersisa satu. Berarti 40 hari telah berlalu, "masa nifas istriku telah selesai", sorakku girang dalam hati.