Ijinkan saya untuk menyampaikan dua hal:
"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H, mohon maaf lahir dan batin", kepada saudaraku yang merayakan.
"Selamat hari Pendidikan Nasional (2 Mei 2022)", kepada semua insan pendidikan. Mari serentak bergerak mewujudkan merdeka belajar.
Semoga di hari yang Fitri ini, menjadi momentum untuk meningkatkan keimanan kepada Tuhan, meningkatkan semangat toleransi hidup beragama, dan menjadi teladan dalam pendidikan (Ing ngraso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani).
Idul Fitri tahun 2022 ini terasa sangat spesial, terutama pemerintah sudah mengijinkan masyarakat untuk mudik, sebagai sebuah tradisi menjelang hari raya Idul Fitri untuk berkumpul bersama keluarga di kampung halaman. Meskipun membutuhkan perjuangan, tenaga, dan dana yang ekstra, namun sungguh menjadi momen yang dirindukan setiap tahunnya.
Tradisi mudik atau pulang kampung halaman membutuhkan beberapa tahap persiapan. Tujuannya jelas: menikmati perjalanan, sampai di tujuan dengan selamat, dan bisa berkumpul keluarga besar dengan rasa bahagia. Pulang ke kampung halaman tentu menjadi lengkap dengan membawa oleh-oleh atau membeli oleh-oleh untuk kita bawa kembali.
Biar mudik bisa asik, maka segala hal harus dipersiapkan dengan baik. Termasuk salah satunya adalah memakai pakaian yang nyaman selama perjalanan. Nah..., saya lebih suka memakai kaos oblong untuk digunakan selama perjalanan jauh. Keuntungan memakai kaos oblong selama perjalanan adalah:
- Kain bahan kaos lebih mudah menyerap keringat
- Nyaman untuk digunakan
- Simbol kesederhanaan
- Sebagai identitas
Kaos oblong saya katakan sebagai identitas tentu ada maksudnya. Sebab hanya dengan memakai kaos oblong, kita dapat menunjukkan siapa dan darimana kita berasal. Lebih jauh lagi, melalui perantaraan kaos oblong kita bisa berekspresi, tampil santai namun tetap keren, sekaligus menyampaikan pesan, kritik, atau humor kepada orang lain.
Kaos oblong sebagai sebuah identitas seseorang, berkaitan dengan asal daerah si pemakai kaos oblong tersebut. Memakai kaos oblong merek "Dagadu", hampir bisa dipastikan bahwa orang tersebut berasal dari daerah Jogjakarta (Jawa Tengah), atau mungkin hanya sebatas fans berat.
Memakai kaos oblong merek "Cak Cuk", hampir bisa dipastikan bahwa si pemakai berasal dari Surabaya (Jawa Timur), atau mungkin hanya sebatas ingin tampil trendi. Tentu masih banyak merek kaos oblong lain yang identik dengan suatu daerah.
"Dagadu", kaos khas Jogjakarta
Bicara tentang kota Jogjakarta, tentu kita ingat akan sebuah lagu legendaris yang dinyanyikan oleh Kla Project:
Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia, saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Siapa yang tak kenal dengan kota Jogjakarta, kota pelajar yang juga identik dengan oleh-oleh kaos oblong "Dagadu". Dagadu berasal dari bahasa walikan di Jogja, sebab saat itu istilah Dagadu sangat familiar bagi kalangan anak muda. Identik dengan sebuah simbol lingkaran elips yang membentuk ikon sebuah mata. Dagadu dalam bahasa walikan (slank) anak muda Jogjakarta berarti "matamu".
Dagadu Djokdja digambarkan dengan simbol sebuah mata, menggambarkan pandangan yang selalu berusaha mengutamakan nilai kreativitas sebagai aspek utama dalam hidup. Dagadu Djokdja sebagai kaos oblong dengan pendekatan budaya, sehingga berhasil mengangkat ikon-ikon visual kota Jogjakarta.
Ciri khas dari kaos ini adalah: selalu menampilkan hal-hal yang bersifat keseharian, menekankan sebuah kesederhanaan, menampilkan kembali hal-hal yang biasa dan bahkan sudah terlupakan. Dikatakan bahwa penciptaan desain untuk produk Dagadu, muncul dan berkembang sebagai hasil dari usaha bersama (tim work).
Secara visual, kaos Dagadu Djokdja konsisten menampilkan beberapa unsur (budaya lokal, humor, dan plesetan) yang dikemas penuh dengan kreativitas. Sehingga menarik untuk dilihat dan digunakan. Sebab kaos oblong Dagadu Djokdja dirancang, dibuat, dan di promosikan dengan tampilan desain poster (untuk menyampaikan pesan moral), dengan bahasa yang sederhana, benar, dan menarik.
Tema yang diambil adalah "Everything about Djokdja", sebuah misi untuk mengangkat dan mempromosikan bahasa, kultur kehidupan, budaya, seni, dan semua hal tentang Jogjakarta dalam setiap karya yang dihasilkan.
Dengan gambar dan tulisan yang terdapat pada kaos Dagadu, tersirat pesan dan nilai-nilai hidup yang ingin disampaikan. Sebagai sebuah pesan, kritik, dan humor yang positif dan membangun (As Yo Wis, Marai Boros, Alon-alon waton on time, dll).
Belajar nilai kehidupan dari kaos Dagadu Djokdja: menjadi pribadi yang kreatif, mencintai budaya, dan bekerja sama sebagai sebuah tim.
"Cak Cuk", kaos khas Surabaya
Dari Jogjakarta, mari kita ke Surabaya. Kaos oblong Cak Cuk memiliki keunikan tersendiri dalam desainnya, dibalut dengan humor khas bahasa Suroboyoan. Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga tidak mau kalah dengan kota-kota lain, yang juga mempunyai ikon produk kaos lokal.
Cak Cuk adalah merek resmi untuk kaos oblong seputar kota Surabaya. Bukan dimaksudkan untuk hal yang tidak sopan, namun lebih mengarah pada sebuah pesan moral atau kritik sosial masyarakat. Sehingga menjadi sarana yang unik dan khas untuk mempromosikan kota Surabaya.
Cak Cuk berasal dari dua kata: Cak adalah sebutan untuk pria dewasa, dalam bahasa Suroboyoan berarti mas atau bang. Sedangkan Cuk merupakan bahasa atau istilah umpatan dalam bahasa sehari-hari Suroboyoan. Namun supaya lebih bermakna positif istilah Cuk saya artikan dengan (Cakap -- Ulet -- Kreatif).
Surabaya terkenal dengan budaya hidup masyarakat yang ceplas ceplos, apa adanya dalam berbicara. Budaya ini mungkin hal ini dianggap bahasa yang kasar. Pemilihan kata-kata sebagai ciri khas kalimat yang to the point, sebagai sebuah gambaran budaya hidup masyarakat kota Surabaya. Kaos Cak Cuk memiliki perpaduan antara kata-kata dan gambar yang menarik, sebagai sebuah sarana komunikasi sosial.
Desain yang terdapat dalam kaos Cak Cuk Surabaya, seringkali mengangkat tema: ikon tempat, tokoh terkenal, dan fenomena sosial yang ada di kota Surabaya. Kemudian menyampaikan pesan moral atau kritik bagi masyarakat, yang dikemas dengan bahasa humoris.
Belajar nilai kehidupan dari kaos Cak Cuk, pertama: menjadi pribadi yang apa adanya, tidak direkayasa (bertopeng). Kedua, menjadi pribadi yang tidak bertele-tele (mbulet).
"Joger", kaos oblong khas pulau Dewata
Kaos Joger Bali adalah salah satu oleh-oleh khas pulau Dewata. Kaos Joger identik dengan kalimat yang unik dan menarik. Ternyata, dibalik nama Joger terdapat kisah yang seru untuk disimak. Nama Joger adalah gabungan huruf dari nama depan pemilik usaha (Joseph Theodorus Wulianadi), dengan nama depan sahabatnya (Gerhard Seeger). Ide tersebut muncul karena Joseph teringat akan budi baik dari Gerhard, sahabatnya semasa sekolah.
Ciri khas kaos Joger adalah hanya dapat dibeli di toko resmi Joger di Bali. Tujuannya adalah mendorong wisatawan untuk berkunjung ke pulau Bali, sehingga banyak pihak yang ikut terbantu berkat kunjungan wisatawan tersebut.
Belajar nilai kehidupan dari kaos Joger adalah: setia kawan, ingat kepada sahabat, tidak egois, berani tampil beda, dan mau membantu sesama yang membutuhkan.
Filosifi Kaos Oblong (Antara Pesan, Kritik, dan Humor)
Ternyata, dengan melihat dari tiga kaos yang menjadi ciri khas dari tiga kota di Indonesia, terlihat adanya pesan dan nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan sebagai sebuah motivasi bagi si pemakai kaos, maupun orang yang melihat dan membaca pesan di kaos tersebut. Sehingga memang benar adanya bahwa terdapat sebuah filosifi hidup dibalik tulisan dan gambar yang terdapat pada kaos yang kita gunakan.
Kaos yang kita pilih dan pakai (bersama dengan gambar dan tulisan) yang menyertainya, menunjukkan kepribadian dari orang itu sendiri. Pesan apa yang ingin kita sampaikan, kritik apa yang ingin kita utarakan, dan humor apa yang hendak kita sajikan.
Maka, jika kita ingin memberikan oleh-oleh sebuah kaos kepada seseorang, juga harus memperhatikan pribadi dari orang yang akan kita beri kaos. Apakah kaos tersebut cocok, dan sesuai ukurannya untuk mereka gunakan. Jangan sampai mubazir, dan tidak bisa dipakai (kekecilan atau kebesaran).
Kaos juga tidak digunakan sebagai unsur atau sarana untuk berpolitik, mencari keuntungan pribadi. Namun sekali lagi bahwa melalui kaos yang kita pakai atau berikan, kita ingin mengungkapkan identitas diri, siapa kita sebenarnya. Jangan sampai kita malah menjadi bahan humor bagi orang lain.
Sebab, jelas bahwa jika kaos beserta isinya tidak sesuai dengan selera dan momen yang tepat, akan menyebabkan rasa kurang nyaman.
Tentu masih ada lagi kaos yang menjadi ciri khas daerah lain, sahabat bisa menambahkan informasinya di kolom komentar.
Salam hormat,
Mr. aBc
(Ukuran Kaos: L)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H