Selamat Memperingati Hari Sungai Nasional
(27 Juli 2020)
Hari ini, Senin 27 Juli 2020 diperingati sebagai Hari Sungai Nasional. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 pasal 74 : "Dalam rangka memberikan motivasi kepada masyarakat agar peduli terhadap sungai, tanggal ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini ditetapkan sebagai Hari Sungai Nasional."
Kilas balik kegiatan delapan tahun silam, saat mengikuti Lokakarya Nasional Kebijakan Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education For Sustainable Development), dengan tema:
"Kemajuan Pendidikan Untuk pembangunan Berkelanjutan Menjelang Akhir Dasa Warsa 2005 -- 2014, Serta Percepatan Penerapannya di Indonesia".
Tema yang menarik yang dibahas dalam Lokakarya Nasional tersebut, acara yang diselenggarakan pada tanggal: 4 -- 6 Desember 2012, bertempat di Ancol, Jakarta Utara.
Diikuti oleh 100 peserta, yang terdiri dari: guru, kepala sekolah, kepala Dinas, LSM yang berasal dari Sabang -- Papua, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Kegiatan lokakarya nasional ini dapat diadakan atas kerjasama yang baik antara: ESD network Indonesia, KEMENDIKBUD, KMNLH, Sida, KNIU, WWF.
Bersyukur sekali, saya menjadi satu-satunya peserta yang mewakili sekolah dari kota Surabaya, untuk mengikuti kegiatan lokakarya tersebut. Kebetulan di Surabaya sedang digalakkan program Surabaya Eco School (SES) yang mengambil tema: Green School Economi. Kegiatan lokakarya diisi dengan materi aneka materi yang menarik, antara lain:
- Mengarusutamakan Pembangunan Berkelanjutan ke dalam pendidikan
- Sharing penerapan ESD di Swedia oleh: Prof.Dr. Leif Ostman (Universitas Uppsalla)
- Analisis kebijakan yang mendukung pelaksanaan ESD di pendidikan formal
- Tantangan & perspektif pendekatan menyeluruh dalam ESD dan Adiwiyata
- Arah kebijakan pemerintah Indonesia terhadap ESD
- Posisi Green Economic dalam ESD (PUSLIJAK kemendikbud)
Bicara tentang ESD dapat dipahami sebagai: Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, namun dengan tidak merugikan lingkungan dan kepentingan generasi yang akan datang.
Sebenarnya, banyak sekolah/warga sekolah sudah melaksanakan ESD, namun tidak/belum mereka sadari. Sebagai contoh: dengan hemat energi listrik, maka secara tidak langsung kita sudah ikut menjaga lingkungan dan menjaga hak generasi mendatang.
Dengan mengikuti kegiatan 8 tahun silam, selain menambah wawasan dan pengalaman, maka saya juga memiliki rekan-rekan yang baru dari berbagai elemen/aktivis lingkungan. Salah satunya adalah LSM ECOTON (Ecological Observation and Wetlands Conservation), Pusat Penelitian Pendidikan dan Organisasi Konsevasi Lingkungan.
Menarik sekali bahwa dalam rangka memperingati hari sungai, ECOTON mengadakan penelitian tentang bahaya Mikroplastik.
Sungai Brantas saat ini terkontaminasi Mikroplastik. Data yang berasal dari ECOTON (2020) pada penelitiannya menyebutkan bahwa sungai Brantas sudah terkontaminasi Mikroplastik. Kini air sungai sudah tidak bersih lagi, padahal air sungai tersebut menjadi bahan baku air bersih bagi lebih dari 5 juta orang di Jawa Timur.
Data Worldbank 2017 menyebutkan bahwa 21% sampah di lautan merupakan sampah popok sekali pakai. Sehingga diperlukan edukasi kepada masyarakat, supaya jembatan dan sungai tidak menjadi sarang sampah popok. Selain melakukan edukasi, produsen popok juga diminta untuk menjalankan EPR (Extended Produsen Responsibility) artinya sampah popok menjadi tanggung jawab produsen dengan menyediakan tempat sampah khusus sampah Popok.
Dalam penelitiannya di sungai Brantas sepanjang 370 KM, ECOTON menyatakan bahwa airnya sudah terkandung mikroplastik. Padahal air dari sungai Brantas digunakan untuk sumber air minum dan irigasi tanaman.
Mikroplastik adalah plastik berukuran < 5 mm. Ada dua proses terbentuknya Mikroplastik, pertama memang sengaja diproduksi dengan ukuran kecil oleh industri dan kedua berasal dari remahan plastik berukuran besar.
Mikroplastik berasal dari sampah plastik, tas kresek, styrofoam, dan popok sekali pakai yang banyak dibuang ke sungai. Paling banyak dari limbah pabrik kertas yang ada di sepanjang sungai Brantas. Juga yang terdapat dalam produk perawatan tubuh yang biasa dikenal sebagai microbeads atau scrub plastik, seperti odol, lulur kecantikan, dan facial wash/pembersih muka yang banyak dibuang ke sungai.
Perlu diketahui bahaya Mikroplastik yg ikut terkonsumsi bagi kesehatan manusia, yaitu:
- Mikroplastik memiliki dan mampu mengikat senyawa pengganggu hormon. Sehingga berakibat terganggunya sistem metabolisme tubuh manusia.
- Mikroplastik merupakan vector penyebaran bakteri pathogen. Sehingga bisa menginfeksi organ tubuh manusia.
- Mikroplastik bisa mengikat polutan dan zat berbahaya lain, dan akan berbahaya bagi tubuh manusia.
Mikroplastik yang ada di air sungai, kemungkinan besar akan termakan oleh ikan, ikan ditangkap kemudian dijual ke pasar, lalu ikan tersebut kita konsumsi. Bisa juga manusia terdampak Mikroplastik karena mandi di sungai yang kondisinya sudah tidak baik lagi. Mungkin juga air dari sungai tersebut digunakan untuk mengaliri sawah, menyiram sayuran dan seterusnya.
Mikroplastik yang lama-lama tertimbun di tubuh berkibat tidak baik bagi kesehatan. Bisa mengganggu metabolisme dan hormon, karena ada Senyawa Pengganggu Hormon (SPH). Efek paling ringan yang ditimbulkan adalah diare, dan yang paling parah bisa memicu kanker serviks, payudara, kelenjar getah bening, kulit dan nasofaring.
Tentu kondisi sungai-sungai di daerah lain beraneka ragam, di daerah yang masih asli dan asri, tentu keadaan sungai dan airnya masih bagus dan jernih. Ikan-ikan masih bebas berenang, dan banyak hal yang bisa kita ingat kembali, bagimana kondisi sungai saat kita kecil dulu. Bebas bermain dan mandi di sungai tanpa takut tercemar bahaya Mikroplastik, seperti kondisi saat ini.
Saat ini, kondisi sungai-sungai sudah tidak seperti dulu lagi, apalagi sungai-sungai yang ada di daerah padat penduduk, dan kurang terawat. Sungai sebagai muara pembuangan limbah rumah tangga, pada beberapa kasih masih ada penduduk yang MCK di sungai, di bagian hulu ada yang buang hajat, ke arah hilir masih ada yang menggunakannya untuk mencuci baju dan mandi (jangan dibayangkan).
Masih teringat sewaktu kecil dulu, bebas bermain dan mandi di sungai dengan teman-teman. Sebelumnya kami harus mencari kayu bakar terlebih dulu untuk memasak, setelah tugas selesai, baru kami akan mandi di sungai selama 1-2 jam. Akibatnya jelas, kulit menjadi kering dan mata memerah.
Indahnya bermain perahu kertas, atau perahu dari rumput sungai, memancing, mandi di sungai dengan memakai pelepah pisang, menikmati suasana sore hari di atas jembatan sungai. Kondisi saat ini tentu berbeda, apalagi kondisi sungai-sungai diperkotaan pasti jauh berbeda dengan keadaan sungai di desa-desa yang masih alami.
Membayangkan sungai-sungai di Indonesia, seperti sungai-sungai yang jernih, digunakan untuk memelihara ikan dan sebagai tempat wisata, sungguh betapa indahnya. Tentunya dimulai dari sebuah kesadaran bersama, tidak membuang sampah ke sungai atau got. Menjaga kebersihan got di sekitar rumah, dll.
Bagaimana kisah masa kecilmu bersama sungai?
Selamat berjuang rekan-rekan LSM, semoga sukses.
Selamat Hari Sungai Nasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H