Mohon tunggu...
Mr. aBc
Mr. aBc Mohon Tunggu... Guru - Salam Gloria

🔛🖋️📝🖋️Goresan artikel sederhana. Mencoba berjiwa dan bersemangat sebagai guru muda. Di Era New Normal. Proses mencari dan menjadi inspirasi✍️ Sahabat Literasi: SMPK Santo Mikael - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bebaskan Sungai dari Kontaminasi Mikroplastik

27 Juli 2020   16:40 Diperbarui: 27 Juli 2020   19:18 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan mengikuti kegiatan 8 tahun silam, selain menambah wawasan dan pengalaman, maka saya juga memiliki rekan-rekan yang baru dari berbagai elemen/aktivis lingkungan. Salah satunya adalah LSM ECOTON (Ecological Observation and Wetlands Conservation), Pusat Penelitian Pendidikan dan Organisasi Konsevasi Lingkungan.

Menarik sekali bahwa dalam rangka memperingati hari sungai, ECOTON mengadakan penelitian tentang bahaya Mikroplastik.

Sungai yang diteliti adalah sungai Brantas.S SungaiBrantas adalah sungai terpanjang di Jawa Timur, tapi kondisinya saat ini sedang tidak baik - baik saja, karena airnya mengandung mikroplastik. Mikroplastik ini berasal dari limbah pabrik-pabrik kertas yang ada di sepanjang sungai Brantas, dan juga dari sampah plastik, tas kresek, styrofoam, dan popok sekali pakai, yang banyak dibuang ke sungai tersebut. Berdasarkan penelitian ECOTON, yang ditulis di petisi #BrantasBebasMikroplastik, 72% ikan di sana juga mengandung mikroplastik pada saluran pencernaannya.

Sungai Brantas saat ini terkontaminasi Mikroplastik. Data yang berasal dari ECOTON (2020) pada penelitiannya menyebutkan bahwa sungai Brantas sudah terkontaminasi Mikroplastik. Kini air sungai sudah tidak bersih lagi, padahal air sungai tersebut menjadi bahan baku air bersih bagi lebih dari 5 juta orang di Jawa Timur.

Data Worldbank 2017 menyebutkan bahwa 21% sampah di lautan merupakan sampah popok sekali pakai. Sehingga diperlukan edukasi kepada masyarakat, supaya jembatan dan sungai tidak menjadi sarang sampah popok. Selain melakukan edukasi, produsen popok juga diminta untuk menjalankan EPR (Extended Produsen Responsibility) artinya sampah popok menjadi tanggung jawab produsen dengan menyediakan tempat sampah khusus sampah Popok.

Dalam penelitiannya di sungai Brantas sepanjang 370 KM, ECOTON menyatakan bahwa airnya sudah terkandung mikroplastik. Padahal air dari sungai Brantas digunakan untuk sumber air minum dan irigasi tanaman.

Mikroplastik adalah plastik berukuran < 5 mm. Ada dua proses terbentuknya Mikroplastik, pertama memang sengaja diproduksi dengan ukuran kecil oleh industri dan kedua berasal dari remahan plastik berukuran besar.

Mikroplastik berasal dari sampah plastik, tas kresek, styrofoam, dan popok sekali pakai yang banyak dibuang ke sungai. Paling banyak dari limbah pabrik kertas yang ada di sepanjang sungai Brantas. Juga yang terdapat dalam produk perawatan tubuh yang biasa dikenal sebagai microbeads atau scrub plastik, seperti odol, lulur kecantikan, dan facial wash/pembersih muka yang banyak dibuang ke sungai.

Perlu diketahui bahaya Mikroplastik yg ikut terkonsumsi bagi kesehatan manusia, yaitu:

  1. Mikroplastik memiliki dan mampu mengikat senyawa pengganggu hormon. Sehingga berakibat terganggunya sistem metabolisme tubuh manusia.
  2. Mikroplastik merupakan vector penyebaran bakteri pathogen. Sehingga bisa menginfeksi organ tubuh manusia.
  3. Mikroplastik bisa mengikat polutan dan zat berbahaya lain, dan akan berbahaya bagi tubuh manusia.

Mikroplastik yang ada di air sungai, kemungkinan besar akan termakan oleh ikan, ikan ditangkap kemudian dijual ke pasar, lalu ikan tersebut kita konsumsi. Bisa juga manusia terdampak Mikroplastik karena mandi di sungai yang kondisinya sudah tidak baik lagi. Mungkin juga air dari sungai tersebut digunakan untuk mengaliri sawah, menyiram sayuran dan seterusnya.

Mikroplastik yang lama-lama tertimbun di tubuh berkibat tidak baik bagi kesehatan. Bisa mengganggu metabolisme dan hormon, karena ada Senyawa Pengganggu Hormon (SPH). Efek paling ringan yang ditimbulkan adalah diare, dan yang paling parah bisa memicu kanker serviks, payudara, kelenjar getah bening, kulit dan nasofaring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun