Jujur, sampai saat ini dari bibir manis saya hampir tidak pernah keluar kata-kata mutiara ini. Namun kalau mendengar, dan mendapat saya sering. Saya sendiri tidak terlalu sreg untuk menjadikannya sebagai perbendaharaan kata. Mungkin karena lingkungan kerja di dunia pendidikan, ikut mempengaruhi cara bersikap dan berbicara saya.
Masih teringat, ketika pertama saya bekerja tahun 2006, saya marah kepada siswa yang di dalam atau di luar kelas mengatakan kata "cuk" berkali-kali.
Dalam pikiran saya, kok bicara kasar dan kotor dengan teman-teman. Saya sempat bingung, saat membaca berita di koran, ketika para perantau dari Jawa Timur mengadakan pertemuan, mengawalinya dengan memekikkan kata-kata "jancok" tersebut untuk memberi semangat dan mengobati rasa rindu kepada kampung halaman. Lho....berarti larangan saya selama ini ternyata salah (pikir saya dalam hati).
Menggunakan kata "jancok" sebagai identitas komunitas, sehingga kata tersebut memiliki perubahan makna ke arah positif, menurut hemat saya cukup sulit dikalangan anak-anak dan remaja. Sebentar-sebentar mengatakan "jancok, cok, cuk", jika mendengarnya rasanya ingin saya mengatakan: jancokmu dewe, namun saya tahan (hahaha....).
Dalam dunia pendidikan saya berpendapat bahwa kata "jancok, cok, cuk" kurang pas diucapkan, apapun motivasinya. Namun jika mereka sudah terbiasa mengucapkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari, maka kadangkala keceplosan juga diucapkan di sekolah, inilah tantangannya.
Butuh kerjasama antara orang tua dan sekolah dalam hal pendidikan anak, karena pendidikan di sekolah tidak melulu untuk mengejar nilai-nilai yang bagus. Namun juga mengejar keutamaan-keutamaan yang lain, sebagai bekal hidup mereka di masyarakat.
Dalam dunia remaja, kadangkala istilah "CUK" diartikan dengan: Cakap -- Ulet -- Kreatif. Sebenarnya mengarah kepada istilah yang cukup kreatif dan inovatif, dalam sebuah komunitas. Asalkan disertai dengan motivasi yang benar.
PINCUK
Pincuk, adalah wadah atau tempat makan yang terbuat dari: daun pisang, daun jati, atau perpaduan antara daun pisang dengan kertas. Pokoknya tempat makan, selain piring. Makan memakai pincuk memang rasanya berbeda, ada kenikmatan tersendiri yang khas. Biasanya menyajikan menu makanan memakai pincuk yang terbuat dari daun, menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan. Mungkin karena sensasinya yang berbeda, ketika menikmati makanan (pecel pincuk, rawon pincuk, dll)