Mohon tunggu...
Mr. aBc
Mr. aBc Mohon Tunggu... Guru - Salam Gloria

🔛🖋️📝🖋️Goresan artikel sederhana. Mencoba berjiwa dan bersemangat sebagai guru muda. Di Era New Normal. Proses mencari dan menjadi inspirasi✍️ Sahabat Literasi: SMPK Santo Mikael - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Jancuk-Jancok Terbungkus Pincuk

11 Juli 2020   00:07 Diperbarui: 11 Juli 2020   00:02 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selesai Makan, Pincuk dibuang (Dokpri)

Jujur, sampai saat ini dari bibir manis saya hampir tidak pernah keluar kata-kata mutiara ini. Namun kalau mendengar, dan mendapat saya sering. Saya sendiri tidak terlalu sreg untuk menjadikannya sebagai perbendaharaan kata. Mungkin karena lingkungan kerja di dunia pendidikan, ikut mempengaruhi cara bersikap dan berbicara saya.

Masih teringat, ketika pertama saya bekerja tahun 2006, saya marah kepada siswa yang di dalam atau di luar kelas mengatakan kata "cuk" berkali-kali. 

Dalam pikiran saya, kok bicara kasar dan kotor dengan teman-teman. Saya sempat bingung, saat membaca berita di koran, ketika para perantau dari Jawa Timur mengadakan pertemuan, mengawalinya dengan memekikkan kata-kata "jancok" tersebut untuk memberi semangat dan mengobati rasa rindu kepada kampung halaman. Lho....berarti larangan saya selama ini ternyata salah (pikir saya dalam hati).

Kata "Jancok" merupakan kata yang tabu digunakan oleh masyarakat Pulau Jawa secara umum karena memiliki konotasi negatif. Namun, ada yang menggunakan kata tersebut sebagai identitas komunitas mereka. Sehingga kata "Jancok" memiliki perubahan makna ameliorasi (perubahan makna ke arah positif). 

Menggunakan kata "jancok" sebagai identitas komunitas, sehingga kata tersebut memiliki perubahan makna ke arah positif, menurut hemat saya cukup sulit dikalangan anak-anak dan remaja. Sebentar-sebentar mengatakan "jancok, cok, cuk", jika mendengarnya rasanya ingin saya mengatakan: jancokmu dewe, namun saya tahan (hahaha....). 

Dalam dunia pendidikan saya berpendapat bahwa kata "jancok, cok, cuk" kurang pas diucapkan, apapun motivasinya. Namun jika mereka sudah terbiasa mengucapkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari, maka kadangkala keceplosan juga diucapkan di sekolah, inilah tantangannya. 

Butuh kerjasama antara orang tua dan sekolah dalam hal pendidikan anak, karena pendidikan di sekolah tidak melulu untuk mengejar nilai-nilai yang bagus. Namun juga mengejar keutamaan-keutamaan yang lain, sebagai bekal hidup mereka di masyarakat.

Dalam dunia remaja, kadangkala istilah "CUK" diartikan dengan: Cakap -- Ulet -- Kreatif. Sebenarnya mengarah kepada istilah yang cukup kreatif dan inovatif, dalam sebuah komunitas. Asalkan disertai dengan motivasi yang benar.

Makan Pecel Pakai Pincuk Daun Pisang (Dokpri)
Makan Pecel Pakai Pincuk Daun Pisang (Dokpri)

PINCUK

Pincuk, adalah wadah atau tempat makan yang terbuat dari: daun pisang, daun jati, atau perpaduan antara daun pisang dengan kertas. Pokoknya tempat makan, selain piring. Makan memakai pincuk memang rasanya berbeda, ada kenikmatan tersendiri yang khas. Biasanya menyajikan menu makanan memakai pincuk yang terbuat dari daun, menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan. Mungkin karena sensasinya yang berbeda, ketika menikmati makanan (pecel pincuk, rawon pincuk, dll)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun