Melintasi Kehilangan, Refleksi Dalam Kaca yang Menyesakkan
Oleh: Arfiani Yulianti Fiyul
Hari itu, aku menatap diri di balik cermin dan merasa. Hanya merasa dan mungkin tak mengerti. Mengapa ada kesedihan melanda saat kehilangan. Bukankah itu sebuah pilihan dalam kehidupan. Mengapa ternyata menyesak di dada.
Cermin itu adalah sahabatku, tetapi juga musuhku. Saat-saat seperti ini, aku bertemu dengannya untuk mencoba memahami apa yang ada di dalam diriku. Mataku memandang tajam gambar yang tercermin, mencoba melihat lebih dalam lagi. Itu adalah wajahku yang penuh dengan keraguan dan kebingungan.
Aku tahu, kehilangan adalah bagian dari hidup. Setiap orang pasti akan mengalaminya, entah dalam bentuk kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, atau bahkan harapan.
Kehilangan adalah pelajaran yang tak terelakkan, tapi mengapa rasanya begitu menyakitkan?
Kali ini, aku kehilangan seseorang yang selalu ada di sampingku. Seseorang yang selalu mendengarkan curhatanku dan memberi nasihat saat aku bingung.
Seseorang yang memberiku kekuatan saat aku merasa lemah. Kehilangan ini membuatku terombang-ambing dalam perasaan, mencari jawaban yang tak kunjung datang.
Aku ingin tahu mengapa aku merasa seperti ini. Mengapa ada rasa kekosongan di dalam hatiku yang begitu sulit dijelaskan.
Aku mencoba berbicara dengan cermin, berharap cermin itu akan memberiku jawaban yang aku cari.
"Cermin," kataku dengan pelan, "apakah kamu tahu mengapa aku merasa seperti ini? Apakah ada sesuatu yang salah dengan perasaanku?"
Cermin itu hanya memantulkan gambaranku tanpa menjawab. Seperti biasa, cermin hanya menjadi penonton bisu dari pertanyaanku yang tanpa jawaban.
Aku menatap mataku yang mencari jawaban dalam refleksi cermin. Mataku penuh dengan kelelahan dan rasa penasaran.
Aku mencoba tersenyum pada diriku sendiri, mencoba memahami bahwa kehilangan adalah bagian dari perjalanan hidup.
Namun, tersenyum di depan cermin tidak cukup untuk meredakan perasaanku. Aku merasa sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang sulit dijelaskan.
Rasanya seperti sebuah beban di dalam dada yang semakin berat.
Aku meraih pakaianku dan bersiap untuk pergi. Mungkin aku perlu waktu untuk merenung dan meresapi perasaanku.
Mungkin aku perlu berbicara dengan seseorang yang mengerti. Aku tahu, cermin tidak akan memberiku jawaban. Jawaban itu ada di luar sana, di dunia nyata.
Saat aku berjalan keluar, aku melihat matahari terbenam di ufuk barat. Cahayanya memancar dengan kehangatan yang khas. Aku merasa seperti ada harapan di sana, di balik cakrawala yang indah itu.
Kehilangan mungkin adalah proses yang sulit, tetapi mungkin juga adalah kesempatan untuk tumbuh.
Aku akan melintasi kehilangan ini, sebagaimana aku melintasi cakrawala yang terbentang di depanku. Aku akan mencari jawaban dan mungkin, suatu hari nanti, aku akan menemukannya.
Aku menatap matahari terbenam, dengan hati yang penuh dengan harapan. Mungkin, saat aku kembali menatap cermin, aku akan menemukan jawaban yang aku cari.
Dan jika tidak, aku akan terus mencari, karena itulah yang membuat hidup begitu berharga.
Penulis: Arfiani Yulianti Fiyul
Cimahi, 03 September 2023
Cerpen "Melintasi Kehilangan, Refleksi Dalam Kaca yang Menyesakkan" menggambarkan pengalaman seseorang yang tengah menghadapi proses kehilangan dan mencoba mencari pemahaman atas perasaan yang mereka alami.
Makna dari cerpen ini menggarisbawahi Kehilangan adalah Bagian dari Hidup.
Cerpen ini mengingatkan kita bahwa kehilangan adalah bagian alami dari perjalanan hidup. Semua orang, tanpa terkecuali, pada suatu titik akan mengalami kehilangan.
Hal ini penting untuk diterima dan dipahami, meskipun prosesnya bisa sangat menyakitkan.
Cerpen ini mengingatkan pada kita bahwa di balik kesedihan dan kekosongan, masih ada cahaya harapan yang bisa membantu kita melintasi perasaan yang sulit ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H