"Cermin," kataku dengan pelan, "apakah kamu tahu mengapa aku merasa seperti ini? Apakah ada sesuatu yang salah dengan perasaanku?"
Cermin itu hanya memantulkan gambaranku tanpa menjawab. Seperti biasa, cermin hanya menjadi penonton bisu dari pertanyaanku yang tanpa jawaban.
Aku menatap mataku yang mencari jawaban dalam refleksi cermin. Mataku penuh dengan kelelahan dan rasa penasaran.
Aku mencoba tersenyum pada diriku sendiri, mencoba memahami bahwa kehilangan adalah bagian dari perjalanan hidup.
Namun, tersenyum di depan cermin tidak cukup untuk meredakan perasaanku. Aku merasa sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang sulit dijelaskan.
Rasanya seperti sebuah beban di dalam dada yang semakin berat.
Aku meraih pakaianku dan bersiap untuk pergi. Mungkin aku perlu waktu untuk merenung dan meresapi perasaanku.
Mungkin aku perlu berbicara dengan seseorang yang mengerti. Aku tahu, cermin tidak akan memberiku jawaban. Jawaban itu ada di luar sana, di dunia nyata.
Saat aku berjalan keluar, aku melihat matahari terbenam di ufuk barat. Cahayanya memancar dengan kehangatan yang khas. Aku merasa seperti ada harapan di sana, di balik cakrawala yang indah itu.
Kehilangan mungkin adalah proses yang sulit, tetapi mungkin juga adalah kesempatan untuk tumbuh.
Aku akan melintasi kehilangan ini, sebagaimana aku melintasi cakrawala yang terbentang di depanku. Aku akan mencari jawaban dan mungkin, suatu hari nanti, aku akan menemukannya.