Persaingan Mendengar dan Membaca sebagai Sarana Refleksi Diri
Oleh: Arfiani Yulianti Fiyul
Sobat pembaca, dalam era informasi yang semakin berkembang, kemampuan mendengar dan membaca menjadi keterampilan kritis untuk beradaptasi dan berhasil.
Namun, lebih dari sekadar mengakses informasi, kemampuan ini juga memiliki dimensi reflektif yang mendalam.
Persaingan antara mendengar dan membaca sebagai sarana refleksi diri adalah topik yang menarik untuk dieksplorasi.
Keduanya memiliki peran penting dalam memahami diri kita sendiri, dunia di sekitar kita, dan kompleksitas relasi antara keduanya.
Mendengar sebagai Refleksi Diri
Mendengar bukan hanya tentang menangkap suara atau kata-kata, tetapi juga tentang memahami nuansa, emosi, dan pesan yang tersembunyi di balik apa yang diucapkan.
Kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian memungkinkan kita untuk memahami orang lain dengan lebih mendalam, merasakan empati, dan membangun hubungan yang lebih kuat.
Selain itu, mendengarkan juga menciptakan kesempatan untuk merefleksikan sikap kita terhadap pandangan orang lain.
Apakah kita cenderung bersikap terbuka atau defensif? Apakah kita mampu menahan diri untuk merespons sebelum orang lain selesai berbicara? Pertanyaan-pertanyaan ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kami menghargai dan merespons perspektif orang lain.
Mendengarkan juga menciptakan peluang refleksi diri dalam konteks pembelajaran. Dalam lingkungan belajar, mendengarkan dosen atau sesama siswa dengan saksama memungkinkan kita untuk mengasimilasi gagasan baru dengan lebih baik.
Kemampuan mendengarkan juga berarti menerima masukan kritis, memberi kesempatan untuk mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, dan berpotensi mengubah pandangan kita.
Sebagai refleksi diri, pertanyaan yang muncul adalah seberapa baik kita menerima kritik, sejauh mana kita terbuka terhadap pandangan baru, dan sejauh mana kita bisa merenungkan bagaimana informasi yang kita dengarkan mempengaruhi cara kita berpikir.
Membaca sebagai Refleksi Diri
Membaca memiliki peran yang serupa dalam memperluas pemahaman diri. Saat kita membaca, kita tidak hanya menyerap informasi, tetapi juga memprosesnya melalui filter pikiran dan pengalaman kita sendiri.
Membaca memberi kita kesempatan untuk merenungkan ide-ide, konsep, dan pandangan yang mungkin berbeda dari yang kita yakini sebelumnya.
Ini mengajak kita untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Bagaimana gagasan ini relevan bagi saya?" atau "Apakah ini mengubah pandangan saya tentang suatu topik?"
Membaca juga memungkinkan kita untuk menjelajahi dunia dan pemikiran orang lain tanpa harus berada di tempat yang sama.
Sastra, artikel, atau bahkan fiksi dapat memberi kita wawasan tentang berbagai budaya, latar belakang, dan sudut pandang.
Dalam konteks ini, refleksi diri melibatkan pertanyaan tentang seberapa terbuka kita terhadap pengalaman baru dan seberapa fleksibel kita dalam mengubah pemahaman kita.
Persaingan dan Harmoni
Pertarungan antara mendengar dan membaca sebagai sarana refleksi diri tidak selalu bersifat eksklusif. Sebaliknya, keduanya bisa saling melengkapi dan menguatkan.
Mendengarkan dengan hati-hati bisa menjadi pintu masuk untuk membaca lebih banyak perspektif yang lebih dalam.
Sebaliknya, membaca memperkaya wawasan kita yang kemudian dapat kita bawa ke dalam interaksi dan komunikasi kita.
Namun, kompetisi juga bisa muncul. Dunia yang terus bergerak dan banyak informasi yang tersedia seringkali menggiring kita untuk mengambil jalan pintas dan hanya "mendengar" tanpa benar-benar "mendengarkan."
Sementara itu, banyak orang hanya membaca dengan cepat untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan tanpa benar-benar merenungkannya.
Ini mengingatkan kita pada pentingnya melatih keterampilan mendengar dan membaca yang aktif serta mendalam.
Determinasi dari penulis, bahwa persaingan antara mendengar dan membaca sebagai sarana refleksi diri adalah perjalanan yang mengajak kita untuk merenungkan sejauh mana kita mampu memahami dan menghargai pandangan orang lain, dan sejauh mana kita mampu meresapi dan memproses informasi dengan mendalam.
Keduanya memiliki peran penting dalam memperluas pemahaman diri dan pemahaman tentang dunia di sekitar kita.
Keterampilan ini tidak hanya berdampak pada hubungan kita dengan orang lain, tetapi juga pada kemampuan kita untuk beradaptasi, belajar, dan berkembang secara pribadi.
Dalam menghadapi rivalitas antara keduanya, tantangan utama adalah untuk tetap bersifat reflektif, terbuka, dan komprehensif dalam pendekatan kita terhadap informasi dan interaksi.
Semoga bermanfaat...
Penulis: Arfiani Yulianti Fiyul
Cimahi, 15 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H