Mohon tunggu...
Arfan Aulya Syaifullah
Arfan Aulya Syaifullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya berprofesi sebagai mahasiswa

hobi saya bermain game

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melintasi Cakrawala

15 September 2022   09:35 Diperbarui: 15 September 2022   09:44 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi buta di Jakarta sebelum baskara menyinari bumi pertiwi, lalu terdengar suara alarm yang berbunyi keras dari handphone, suara yang keras itu mengganggu dan membangunkannya dari lelapnya tidur dan indahnya mimpi saat diranjang yang nyaman, lalu ia beranjak dari kasur menuju ke kamar mandi.

Setelah beberes ia langsung bersiap menyambut hari yang pahit kembali ditempat kerjanya yang membosankan, kemudian ia berpamitan dengan orang tuanya sebelum meninggalkan rumah yang menurutnya tempat ternyaman dan beranjakan kaki menuju dunia yang keras dengan bermodalkan harapan dan cita-cita yang ia angankan sejak kecil, yaitu menjadi seorang Direktur perusahaan.

Ia berangkat tanpa mengisi perut dengan beberapa makanan untuk dilahap, ia hanya meminum teh saja yang menurutnya cukup untuk menjalani harinya. 

Ia harus melakukannya dikarenakan Wanda harus menghemat biaya selain untuk memenuhi kebutuhan hidup ia juga membiayai adik yang masih sekolah dan kedua orang tuanya yang saat ini sudah memasuki usia senja, untuk menambah biaya kehidupan keluarganya ia harus bekerja di suatu cafe yang dekat dengan rumahnya.

Wanda rela membanting tulang ketika seluruh teman-temannya melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA, namun tidak untuk Wanda, saat di SMA ia adalah siswa yang berprestasi yang diperolehnya, tapi seperti pepatah "Piala itu hanya piala kosong yang tidak bernilai kebahagiaan", hanya sesaat namun tak membantunya dalam mendapatkan beasiswa untuk berkuliah.

Kemudian Wanda berangkat menuju tempat kerjanya dengan menggunakan Transjakarta, Halte Transjakarta sangat dekat dari kediamannya dan jika menuju kantor hanya butuh waktu 30 menit, karena efisiensi waktu dan lebih murah ketimbang menggunakan kendaraan pribadi yang harus mengantri di SPBU dan juga harga bensin yang saat ini sedang melambung.

Namun ayahnya selalu menawarkan untuk mengantarkannya ke tempat kerjanya, tapi ia tidak mau merepotkan sang ayah, tapi jika dihitung-hitung ketika ia menggunakan Transjakarta ia hanya mengeluarkan uang sekitar dua ribu rupiah saat pagi hari dan tiga ribu lima ratus rupiah saat pulang kerumah dan itu bisa menghemat biaya kehidupannya.

Pagi itu Transjakarta sedang sepi karena belum masuk jam sibuk, jalanan Jakarta juga belum seramai kala motor dan mobil saling bersaing untuk sampai ketempat kerja dan tukang bubur telah keluar menuju pasar, saat menunggu di halte di Transjakarta ia bertemu dengan salah satu teman sekolahnya dulu, ia saat ini berkuliah di salah satu Universitas Negeri di Jakarta, ia menyapa Wanda dan sedikit berbincang sebelum berangkat.

"Wanda... Sudah lama tak jumpa"

"Iya, kau Rina bukan? apakabar?

"kamu, mau kuliah Rin?"

"betul Wan, kamu sendiri kok tumben pagi-pagi sudah berangkat"

Wanda hanya terdiam dengan pertanyaan dari Rina. Lalu perbincangan tersebut terhenti hingga Bus datang menjemputnya, ia bersyukur ketika pertanyaan Rina memasuki pikiran, ia bergegas menuju dalam bus dan beruntungnya ia tak berbeda rute.

Ia memandangi langit dengan medekapkan telinganya bersama musik yang mengiringi perjalanan ke kantor yang berada di pusat kota, tiba ditempat kerja tepat pukul 06.30, Wanda langsung menghidupkan laptopnya melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai kemarin. Lalu datang atasannya menyapa dan menanyakan perihal pekerjaan yang kemarin.

 Wanda hanya dapat menganggukkan kepala, atasannya mengatakan jika ia butuh dengan filenya itu untuk meeting nanti siang, lalu ia segera mengerjakan pekerjaan itu dengan cepat, karena ia takut kehilangan pekerjaannya, terlagi saat ini mencari pekerjaan sangat susah mau tak mau ia harus segera mungkin menyelesaikannya.

Sekitar jam 8 pagi file tersebut langsung dikirimi ke atasannya, dan ia bergegas menuju ruangan meeting karena ia juga dibutuhkan untuk proyek perusahaannya yang menurut atasannya sangat penting untuk masa depan perusahaan itu, saat menuju ruangan meeting ia tak sengaja bertemu dengan Andra di lorong lobi kantornya, lelaki yang ia kagumi sedari dulu.

Namun Wanda hanya dapat melihatnya dari kejauhan namun saat pandangannya sedang menuju sang lelaki, tanpa disengaja Wanda yang terpana dengan ketampanan Andra sampai-sampai ia menabrak Wahyu yang saat itu juga sedang membawa makanan untuk para karyawan yang ada disana, Wanda meminta maaf atas kecerobohannya. "maaf aku tak sengaja" namun pria itu tak menggubrisnya dan ia hanya mengatakan "hati-hati lain kali".

Kemudian saat di ruang meeting ternyata telah penuh dengan beberapa klien dan staff manajer, ia mempresentasikan proyek itu dihadapan seluruh atasannya, beberapa pertanyaan yang diajukan ia dapat dan sanggup hadapi, selang 1 jam setelah meeting yang penting itu atasannya mengatakan jika proposalnya diterima, lalu atasannya Pak Bobby menaikkan gajinya bulan ini.

Ekspresi wajahnya yang gembira dan cukup senang dengan perkataan Pak Bobby, kemudian Pak Bobby juga akan menaikkan jabatannya dari karyawan kontrak menjadi karyawan tetap betapa kegirangan sang gadis itu mendengarnya, mungkin hari ini adalah hari yang terbaik baginya.


Kemudian waktu istirahat kantor datang, ia berjalan menuju kantin untuk membeli beberapa makanan untuk dilahap, lalu saat ia sedang menyantap makanan, ia didatangi oleh Andra yang memberikan ucapan selamat atas kenaikan jabatan, Wanda terdiam dengan senyuman manisnya. Waktu pulang kantor tiba, diantara antrian Transjakarta, berdesakan dengan orang ramai yang membawakan lelah dengan hari ini

Setelah bekerja di kantor ia lekas menuju cafe yang berada di dekat rumah melanjutkan pekerjaannya sebagai barista disana, Jam 6 sore ia tiba, tanpa disangka cafe yang tempat ia bekerja ternyata sudah ramai dengan para remaja dan kaum sosialita.

Rekan kerjanya menyapanya dan memberitahukannya jika orang yang Wanda suka sedang kencan diatas bersama wanita lain, Wanda yang mendengarnya ia tak peduli memang ia tahu tentang Andra yang sering mengencani dengan wanita lain, makanya ia tak mau mengatakan sejujurnya jika ia memiliki perasaan dengan lelaki itu.

Memang hatinya mengganjal, rasanya penuh dengan kekecewaan besar, namun ia tetap menjalani, ia tetap bekerja hingga pukul 10 malam, kala waktu orang-orang sedang berbaring lemah di atas kasur ia baru selesai bekerja, ia tetap bangga dengan apa yang ia pilih.

Namun saat pulang ia memandang langit yang gelap dan bertanya, "mengapa bumi terlalu jahat untuk orang-orang baik?" ungkapan itu yang membuatnya selalu berusaha lebih baik dari hari ini, dan melakukan lebih dikemudian hari, ia sampai di rumah, ayah dan adiknya sedang tidur, ibu menunggu sembari menyetrika pakaian dan menonton sinetron, ibu bertanya bagaimana harinya kali ini, dan ibu telah menyiapkan makanan untuknya yang terlihat lemah dan lesuh.

Bagi Wanda, keluarga adalah satu-satunya penyemangat baginya, terlebih lagi adiknya yang masih berumur 10 tahun ia selalu berusaha demi pendidikan sang adik, tiada orang lain yang mampu memberikan semangat lebih kecuali adik tercinta yaitu Vino.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun