Di samping adanya faktor pendorong, terdapat pula hambatan bagi pemilih pemula. Diantaranya yaitu, adanya berbagai kesibukan sehari-hari, dimana pemilih pemula pada umumnya adalah mahasiswa atau pekerja.Â
Kesibukan tersebut cenderung mengesampingkan bidang politik dari kegiatan sehari-hari mereka dan menghambat partisipasi mereka dalam pemilu.Â
Faktor berikutnya yaitu adanya perasaan insecure karena tingkat pendidikan serta ekonomi yang rendah, serta perbedaan jenis kelamin. Hal ini masih menjadi persoalan yang tak kunjung usai, dimana laki-laki dianggap lebih pantas untuk berada di dunia politik daripada perempuan dan orang-orang yang berstatus sosial ataupun ekonomi tinggi cenderung lebih aktif serta banyak kesempatan untuk berpartisipasi daripada yang berstatus sosial rendah. Kemudian, keluarga juga menjadi faktor pendorong ataupun penghambat seseorang dalam berpartisipasi dalam politik.Â
Eratnya kekeluargaan di Indonesia dapat mempengaruhi keputusan anggota keluarga lainnya dalam bertindak, termasuk untuk berpartisipasi dalam bidang politik.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilih pemula adalah asset penting negara yang harus dikelola untuk menentukan penguasa dalam penyelenggaraan negara.Â
Dalam rangka mengupayakan yang terbaik untuk pemilih pemula, perlu dilakukan beberapa hal. Pertama, harus ada keterlibatan pemerintah dalam mengorganisasi data pemilih pemula dalam pemilu.Â
Sehingga mengurangi pelanggaran aturan dan sesuai dengan petunjuk teknis dan surat edaran. Kedua, setiap pihak yang ahli dalam politik, termasuk KPU sebaiknya lebih gencar untuk mensosialisasikan hal terkait politik kepada pemilih pemula agar pemahaman mengenai politik pun semakin luas. Ketiga, pemilih pemula harus ditingkatkan pendidikan politiknya agar terhindar dari money politic.Â
Bagaimanapun, pemilih cerdas akan memilih pemimpin yang berkualitas. Terakhir, peran partai politik harus ikut berkontribusi untuk melakukan komunikasi politik tidak hanya ketika tahun politik agar pemilih pemula dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan suaranya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H