Jakarta - Setiap mata pasti tertarik akan keindahan Ranu Kumbolo, sebuah danau yang memiliki pesona indah di Gunung Semeru
Tapi taukah kalian kalau Ranu Kumbolo begitu kejam ?
Jika kalian bertanya kejamnya dimana, maka saya pastikan bahwa suhu udara disana sangatlah kejam. Apalagi saat musim kemarau.
Pengalaman kala itu di tahun 2014 saya bersama 4 teman mendaki gunung Semeru. Hari Kamis sekitar pukul 5 sore kami memutuskan untuk melakukan treck pendakian.
Tujuan utama kami adalah bermalam di danau Ranu Kumbolo. Jika jam 5 sore dari Ranu Pane kira-kira sampai Ranu Kumbolo sekitar pukul 9 atau 10 malam.
Perjalanan dari Ranu Pane kami lalui dengan canda tawa agar raga tak terasa lelah. Satu persatu pos kami lewati meski kala itu hanya kami saja yang mendaki. Berdasarkan informasi sudah ada 5 rombongan lain yang lebih dulu melakukan treck sejak pagi.
Sampainya di pos 4 sekitar pukul 21.10 WIB. Meski kala itu gelap Ranu Kumbolo tetap terlihat Indah dan gagah walau hanya diterangi cahaya rembulan.
Kami pun lanjut turun kebawah dari pos 4 menuju pinggir danau, dan benar saja hanya ada 5 tenda yang sudah terpasang disana. Dan kami rombongan keenam yang tiba dipinggir danau tersebut.
Beban berat di punggung mulai terasa ringan setelah keril turun ke tanah. Jaket tebal yang menyelimuti badan ini juga mulai terlepas agar lebih leluasa bergerak saat memasang tenda.
Kami pun mulai berbagi tugas, saya bersama dua teman membangun tenda, satu teman masak nasi, dan satu teman bertugas mengambil air di danau Ranu Kumbolo pakai derigen.
Tak lupa kami ingatkan teman kami agar saat mengambil air di danau jangan sampai tersentuh kaki atau tangan.
Karena pertama, kita tetap harus menjaga kebersihan danau Ranu Kumbolo dan yang kedua kalian bisa terserang hipotermia.
Benar saja teman saya datang membawa dirigen dengan gerakan yang sangat lambat dan gemetar. Untung saja tenda sudah terpasang, dan kami langsung menyeret teman kami kedalam tenda untuk menggantikan pakaiannya.
Dengan jelas saya melihat dia hampir tak sadarkan diri karena serangan hipotermia, dan apa yang harus kita lakukan ?Â
Saat itu tanpa pikir panjang saya langsung memberikan tamparan keras berkali-kali kepada teman saya agar dia tetap terjaga tidak kehilangan kesadarannya.
Setelah itu saya minta 2 teman saya untuk berjaga di dalam tenda, dan saya keluar untuk membantu teman yang bertugas masak nasi. Sampai diluar tenda seluruh tulang terasa sangat sakit seperti tertusuk atau tertiban benda keras.
Setelah saya sadari ternyata karena saya tidak memakai jaket dan suhu udara malam itu mencapai minus 7. Saya pun kembali ke dalam tenda untuk mengambil jaket. Sampainya di dalam tenda saya pun kaget melihat dua teman saya juga sama mengalami kedinginan hebat.
Panik pasti, tapi saya harus tetap tenang meskipun takut agar yang lainnya tidak takut. Saya pun langsung keluar tenda untuk mengambil air hangat yang sudah dimasak oleh temen saya, dan memberikannya kepada tiga rekan yang kedinginan di dalam tenda.
Saat itu mau minta tolong tenda sebelah pun rasanya tidak enak karena mereka sepertinya sudah tertidur nyenyak.
Nasi pun akhirnya matang, teman saya langsung bergegas mengangkatnya untuk dibawa masuk kedalam tenda, namun naas nasi dalam nesting jatuh ke tanah karena teman saya kaget melihat jaket dan kupluk saya saat itu sudah dipenuhi es mungkin dari embun yang membeku menjadi es.
Nasi buru-buru saya ambil dan saya angkat dari tanah. Mau di bersihkan bagaimana lagi karena nasi lengket sudah bercampur pasir pinggir danau Ranu Kumbolo.
Akhirnya dengan persediaan lauk yang sebelumnya kita beli di Ranu Pane, setengah nasi bercampur pasir yang agak bersih tetap nikmat untuk disantap. Pilihannya hanya isi perut atau mati membeku.
Dan Alhamdulillah, saya berlima akhirnya bisa melewati kejamnya malam di danau Ranu Kumbolo.
Sinar Matahari Pagi Sebagai Pelindung
Pagi itu saya dibangunkan dengan sedikit cahaya sinar matahari pagi yang masuk ke dalam tenda. Maklum, malam itu kami memasang flysheet dengan asal karena sudah panik melihat teman yang hampir kaku dihantam kejamnya dingin di Ranu Kumbolo.
Pagi itu ketiga teman saya pun sudah seperti biasa meski masih terlihat lemas dan saya maklumi karena ketiganya baru pertama kali menginjakkan kakinya di gunung ini, sedangkan saya dan teman saya sebelumnya Alhamdulillah berkat izin Allah sudah dua kali puncak di tanah Mahameru.
Kami pun langsung melanjutkan aktivitas dengan sarapan pagi, saat itu saya iseng bertanya kepada ketiga teman saya. "Apa yang membuat kalian ingin ke Semeru?"
Mereka menjawab, "karena melihat banyak orang berfoto di gunung Mahameru terlihat sangat bagus, apalagi danau Ranu Kumbolo," ujar temen saya.
"Tapi setelah kejadian semalam saya baru sadar kalau Ranu Kumbolo itu bagus tapi sangat kejam," sambung teman saya yang satunya lagi.
Akhirnya sambil makan kami tutup cerita ini dengan sebuah tawa, meski banyak orang bilang saat makan tidak boleh tertawa.
Jadi percayalah kawan, persiapkan diri kalian yang matang jika ingin mendaki ke Gunung Semeru. Jangan tergoda dengan foto tetangga.Â
Next artikel "Kami Bertiga Terpaksa Turun Hingga Bertemu Pendaki Misterius"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H