Akhirnya dengan persediaan lauk yang sebelumnya kita beli di Ranu Pane, setengah nasi bercampur pasir yang agak bersih tetap nikmat untuk disantap. Pilihannya hanya isi perut atau mati membeku.
Dan Alhamdulillah, saya berlima akhirnya bisa melewati kejamnya malam di danau Ranu Kumbolo.
Sinar Matahari Pagi Sebagai Pelindung
Pagi itu saya dibangunkan dengan sedikit cahaya sinar matahari pagi yang masuk ke dalam tenda. Maklum, malam itu kami memasang flysheet dengan asal karena sudah panik melihat teman yang hampir kaku dihantam kejamnya dingin di Ranu Kumbolo.
Pagi itu ketiga teman saya pun sudah seperti biasa meski masih terlihat lemas dan saya maklumi karena ketiganya baru pertama kali menginjakkan kakinya di gunung ini, sedangkan saya dan teman saya sebelumnya Alhamdulillah berkat izin Allah sudah dua kali puncak di tanah Mahameru.
Kami pun langsung melanjutkan aktivitas dengan sarapan pagi, saat itu saya iseng bertanya kepada ketiga teman saya. "Apa yang membuat kalian ingin ke Semeru?"
Mereka menjawab, "karena melihat banyak orang berfoto di gunung Mahameru terlihat sangat bagus, apalagi danau Ranu Kumbolo," ujar temen saya.
"Tapi setelah kejadian semalam saya baru sadar kalau Ranu Kumbolo itu bagus tapi sangat kejam," sambung teman saya yang satunya lagi.
Akhirnya sambil makan kami tutup cerita ini dengan sebuah tawa, meski banyak orang bilang saat makan tidak boleh tertawa.
Jadi percayalah kawan, persiapkan diri kalian yang matang jika ingin mendaki ke Gunung Semeru. Jangan tergoda dengan foto tetangga.Â
Next artikel "Kami Bertiga Terpaksa Turun Hingga Bertemu Pendaki Misterius"