Mereka pun sampai di Dufan, setelah mencoba berbagai wahana yang menarik, Nathan nyeletuk, “Ada yang mau naik Halilintar ngga?’
Clara terkejut dan berkata, “Lu ngga peka banget deh jadi orang.”
Niki yang menyadari bahwa Clara tidak ingin naik Halilintar karena keadaan jantungnya yang membuat dia tidak dapat naik banyak wahana di Dufan ini langusng menjawab, “Udah gapapa, lu bareng Nathan aja, Clar. Lu kan dari dulu udah kepengen banget nyobain Halilintar kalau ke Dufan.” Niki mengedipkan sebelah matanya, memberi kode kepada Clara bahwa dia ingin bersama Ray.
Clara langsung paham dan menjawab, “Oh ya udah ayo Nath, ngikut antrian itu tuh biar ngga lama. Kalian tunggu kami di sini ya, jangan kemana-mana.”
Kembali lagi dengan perasaan cemburu Ray terhadap Nathan dan Clara. Dia berbicara kepada Niki setelah Clara dan Nathan pergi, “Maaf, Nik, Gue juga pengen banget naik Halilinta.” Dia segera berlari mengejar Clara. Keduanya sudah berada di atas wahananya. Ray langsung meminta Nathan turun dan berganti dengan dia. Nathan langsung mengiyakan, karena dia mengerti maksud dari Ray.
Nathan kembali ke tempat Niki beristirahat. “Permisi, Mbak Niki.”
“Lu ngapain di sini?” Tanya Niki.
“Ray pengen ngomong sesuatu ke Clara. Tapi dia bakalan aman ngga ya? Dia takut banget sama ketinggian,” kata Nathan.
“Terus napain dia..” Niki bingung.
“Mereka berdua itu saling suka, Nik.” Satu kalimat yang sukses membuat Niki terdiam seribu bahasa.
Di atas wahana rollercoaster yang perlahan berjalan naik, Ray terlihat kesulitan bernapas. Clara yang melihatnya khawatir dan bertanya, “Lu kenapa, Ray?” “Gue takut sama ketinggian,” jawab Ray. “Terus ngapain lu naik?” Tanya Clara bingung. “Karena gue pengen bareng lu.” Ray memegang tangan Clara, “Gue suka sama lu, Clara Gunawan!” Rollercoaster lalu turun membuat semua yang naik wahana Halilintar berteriak dengan kencang.