Selain menampilkan deskripsi program dan produk dari pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Kami CGP7 juga telah merampungkan buku yang berjudul "Memimpin Perubahan Sekolah!: Bunga Literasi Pendidikan Guru Penggerak". Buku ini ditulis oleh kelompok CGP7 Fasilitator Ibu Guslaini, yaitu Ares Faujian, Elvi Yulyadi, Tri Atma Dewi, Marini Fatkhul Amam, Septi Ekaningsih, Lusiana, Leni Erlani, dan Giovani Aldia. Buku ini berisi bagaimana seorang Guru Penggerak memimpin perubahan sekolah serta dilengkapi cerita motivasi dan inspiratif dari pengalaman CGP7 selama mengenyam Pendidikan Guru Penggerak selama dari Oktober 2022 hingga Juli 2023.
Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini?
Selama PGP ini, dari modul 1.1 tentang filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara sampai dengan modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid yang berjumlah 10 modul, yang paling saya kuasai adalah modul 1.1 tentang filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara, modul 1.3 tentang visi guru penggerak, dan modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid.
Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?
Karena modul-modul ini sesuai dengan minat dan passion saya dalam mengembangkan praktik baik di satuan pendidikan, dan modul-modul yang saya sukai ini saling terkoneksi mulai dari landasan program, hingga dimanifestasikan dalam visi hingga wujud program sekolah.
Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Secara umum, alhamdulillah, seluruh materi PGP sudah saya kuasai. Namun perlu pembiasaan untuk melaksanakan praktik pada modul-modul tertentu agar lebih cakap dalam menerapkannya di kelas atau di sekolah. Modul-modul tersebut yaitu, modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi, terutama dalam perihal pembuatan variasi konten yang disesuaikan dengan gaya belajar murid. Selusi dari permasalahan ini yaitu, guru harus mampu menyediakan konten-konten pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid.
Kedua, terkait modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional dengan menerapkan ice breaking sebelum pembelajaran dimulai. Guru dalam hal ini harus mampu mengeksplorasi dan kreatif dalam menyediakan gim atau ice breaking agar pembelajaran di kelas menjadi menarik dan menyenangkan.
Terakhir, terkait praktik coaching kepada rekan sejawat, yang dalam hal ini untuk menerapkan kepada teman sejawat yang lebih tua atau senior. Untuk mengatasi hal ini, saya harus lebih sering menerapkan praktik coaching kepada rekan sejawat yang lebih tua dan banyak berdialog kepada orang-orang yang lebih berpengalaman dalam menyelesaikan permasalahan secara andragogi.