Dalam proses belajar materi modul coaching dalam supervisi akademik, hubungan antara kemampuan dan kematangan diri pribadi sangat penting untuk memahami dan menerapkan konsep coaching dengan baik. Untuk menghasilkan percakapan coaching yang efektif, kemampuan pribadi saya, yang mencakup pemahaman diri, empati, dan keterampilan komunikasi, menjadi dasar. Kesadaran akan kekuatan dan area perbaikan pribadi membantu menciptakan fondasi yang kuat untuk pengembangan keterampilan coaching dan memungkinkan untuk mengetahui kebutuhan individu yang di-coach lebih baik.
Selain itu, kematangan diri saya sangat penting untuk menerapkan keterampilan coaching dengan bijaksana. Kemampuan untuk mengelola emosi, membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan memahami bagaimana tindakan kita berdampak pada orang lain adalah semua bagian dari kematangan ini. Kematangan diri sebagai coach dalam supervisi akademik memungkinkan guru untuk memberikan.
Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
Adanya keterlibatan emosi selama pembelajaran ini mendorong saya untuk meningkatkan upaya saya untuk memahami coaching untuk supervisi akademik dengan lebih baik. Semakin banyak praktik coaching, saya akan menjadi lebih baik dalam kemampuan saya sebagai seorang coach untuk hadir sepenuhnya (presence), mendengarkan secara aktif, dan mengajukan pertanyaan yang bermakna.
Untuk meningkatkan keterampilan coaching untuk supervisi akademik, sulit untuk menerapkan praktik coaching secara teratur dengan murid atau rekan sejawat. Namun, aspek yang sudah positif adalah memperoleh pemahaman dan pemahaman tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan telah menerapkannya.
Perbaikan perlu dilakukan dengan cara yang lebih bijak dan efektif dalam mengajukan pertanyaan yang penting kepada pelatih. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan kapasitas sebagai seorang pendidik yang mampu menjadi coach dan memberikan coaching kepada orang-orang di sekitarnya.
Berikut keerkaitan materi modul 2.3 dengan filosofi KHD
Dalam kaitannya dengan materi coaching, hubungan antara materi modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi dan modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) mencakup konsep pembelajaran berdiferensiasi di mana guru berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa mereka, termasuk kesiapan belajar, minat, dan profil belajar mereka.
Guru dapat bertindak sebagai mentor dan melibatkan siswa sebagai mentor dalam memahami kebutuhan unik siswa. Pendekatan ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi siswa sehingga mereka dapat menemukan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka.
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) adalah upaya kolaboratif di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berhubungan sosial, dan kemampuan pengambilan keputusan siswa. Proses coaching sejalan dengan PSE karena guru dapat menggunakan kompetensi sosial emosional ini saat mengajar siswa mereka.
Keterkaitan antara keterampilan coaching dan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran dapat dijelaskan melalui empat paradigma berpikir coaching, yang melibatkan: (1) fokus pada coachee atau rekan yang sedang dikembangkan, (2) sikap terbuka dan rasa ingin tahu, (3) memiliki kesadaran diri yang kuat, dan (4) kemampuan untuk melihat peluang baru dan masa depan.