Aku tidak menghiraukannya, demikian pun mereka.Â
Hingga kudengar laki-laki muda itu memekik,"Ah! Kau, rupanya!"
Ditangkapnya kakiku.Â
Ditatahkannya segala ungkapan cinta di bawah lututku tanpa menunggu hilang rasa kejutku.Â
Darahku sedikit mengalir. Tak lama,Â
dan mereka meninggalkanku dengan asap bakaran minyak pelumas di tubuhku.Â
Ini bukan kali pertama, mungkin sudah ratusan, atau lebih,Â
aku tidak ingat, dan mungkin tak perlu diingat.
Kegelapan dan kesunyian malam di jalan ini masih samaÂ
sejak puluhan tahun yang lalu hanya ungkapan cinta dan harum bakarnya yang mungkin berbeda.Â
Dalam kesunyian dan kegelapan  dulu mereka memburuÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!