Selesai makan siang, saya mulai berkotbah pada mereka tak ada untungnya bahkan rugi secara materi bila ikut kampanye dengan mengatakan:
[caption id="attachment_301275" align="alignleft" width="280" caption="Gak ada yang nonton ya ngeyub....."]
- Mendapat uang bensin 50 ribu, tapi harus mengeluarkan BBM sebesar 20 ribu. Sisa tinggal 30 ribu. Tidak termasuk beaya akibat ausnya dan rusaknya sepeda motor walaupun sekarang belum tampak akibat pemakaian tidak normal.
- Karena kehabisan minuman, maka harus membeli es atau air minum kemasan sebesar 5 ribu. Sisa tinggal 25 ribu. Belum lagi uang rokok jika tidak diberi rokok.
- Kaos yang diberikan bukanlah kaos bermutu, sebab 3 kali cuci akan menjadi lap.
[caption id="attachment_301282" align="alignleft" width="400" caption="Sumber: antara.com"]
[caption id="attachment_301283" align="alignleft" width="350" caption="Sumber: viva.co.id"]
- Maka bila dibandingkan tetap bekerja ( sekalipun sebagai buruh ) masih bisa mendapat honor di atas uang bensin ikut kampanye. Rata-rata buruh di pedesaan mendapat honor sebesar antara 65 - hingga 75 ribu perhari. Pencari rumput pakan ternak bisa mendapatkan 100ribu per pikul. Serta mendapat konsumsi untuk makan siang lebih banyak. Malah kadang diberi rokok gratis sekalipun hanya 3 atau 4 batang. Maka uang honor tak akan berkurang. Itu pun belum termasuk keuntungan lain, misalnya bagi pencari rumput atau pencari kayu bakar akan menemukan pisang liar atau tanaman liar yang dapat digunakan untuk sayur.
- Seandainya mengalami musibah sekalipun kecelakaan kecil, belum tentu parpol atau panitia menanggung beaya perawatan.
Mendengar pituturku mereka manggut-manggut sambil mengusap keringat di wajah dan dada mereka dengan kaos bergambar wanita cantik calon legislatif. Kerja yuk.....buat apa ikut kampanye!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H