Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berusaha Menjadi Orang Samaria yang Baik Hati

5 September 2024   12:25 Diperbarui: 5 September 2024   17:46 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Sesawi.net

Menyambut dan melihat kedatangan Paus atau Bapa Suci sangat diharapkan umat Katolik. Sekalipun tidak bisa mendekat dan hanya melihat dari kejauhan. Demikian juga bagi umat Katolik Indonesia.

Oktober 1989 saya mempunyai kesempatan yang cukup luas untuk hadir di Stadion Utama Senayan (sekarang GBK) untuk melihat kunjungan Paus Yohanes Paulus II. 

Sayang sekali mendekati hari terakhir sebuah peristiwa mendesak dan penting memaksa untuk tidak berangkat.

Kecewa? Pastilah. Sedih? Tidak juga.

Tahun ini ada juga kesempatan melihat kedatangan dan mengikuti perayaan misa kudus atau Sakramen Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno.

Namun jatah yang sangat terbatas membuat saya harus menyerahkan pada seseorang yang sangat merindukan melihat dan mengikuti secara langsung misa kudus bersama Paus Fransiskus.

Kali ini tidak kecewa dan sedih.

Ada pertimbangan yang lebih mendesak yang tidak mungkin ditinggalkan sebagai pelayan pastoral gereja.

Kepentingan mendampingi umat yang sewaktu-waktu membutuhkan kehadiran seorang asisten imam atau di tempat lain disebut prodiakon harus diutamakan.

Haruskah merasa gembira di saat yang lain membutuhkan kehadiran kita karena suasana yang sedih?

Mendampingi orang yang sedih dan menderita lebih utama. 

Membantu imam memberi Sakramen Perminyakan Suci umat lingkungan. | Dokumen pribadi 
Membantu imam memberi Sakramen Perminyakan Suci umat lingkungan. | Dokumen pribadi 

Meneladani kehidupan Yesus dan melaksanakan ajaranNya sebagai wujud penginjilan dalam karya nyata merupakan konsekuensi sebagai umat yang terpanggil melayani  dan mengembangkan gereja.

Iman tanpa perbuatan adalah mati. Demikian kata rasul Yacobus salah satu dari tiga murid terdekat dengan Yesus.

Dalam satu ajaran Yesus berpesan hendaknya setiap orang selalu terbuka untuk menolong orang yang menderita tanpa melihat latar belakangnya. 

Orang Samaria yang oleh bangsa Israel dianggap orang yang tidak mengenal Allah justru rela menolong orang sakit dengan mengorbankan waktu, uang, dan harga dirinya.

Menjadi seperti 'Orang Samaria yang Baik Hati' lebih baik daripada sekedar berkhotbah.

Tak perlu kecewa dan sedih jika saat ini belum bisa bertemu atau sekedar melihat secara langsung Bapa Suci Fransiscus. Semoga suatu saat bisa mengunjungi dan beribadat ke Gereja atau Basilika Santo Petrus, Vatican.

Berkah Dalem.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun