Salah satu kegiatan untuk mengisi waktu luang saat tak ada pekerjaan mendesak adalah touring dengan kereta api kelas ekonomi.Â
Tidak ada tempat tujuan khusus selain naik kereta api dari kota ke kota. Misalnya dari Malang ke Surabaya lewat jalur barat selama 7 jam 30 menit dan pulangnya Malang-Surabaya selama 3 jam lewat jalur singkat yang hanya berjarak 90 km.
Padahal jika naik bus hanya dua jam saja.
Selama perjalanan, jika ada tempat duduk maka membaca atau menulis sambil menikmati suasana dalam kereta api.
Kadang riuh sekalipun tidak ada lagi pedagang makanan seperti pada masa dua puluh tahun yang lalu.Â
Riuh karena ada 3 atau 4 deretan kursi penumpangnya satu komunitas atau satu keluarga.
Bahkan pernah juga semedi dengan duduk tegak lurus, memejamkan mata tapi tidak tidur dan juga tidak melamun, apalagi mengosongkan pikiran tetapi memusatkan satu titik perhatian.
Kadang sepi seperti suasana KRL dan KRD yang penuh sesak karyawan kecapean pulang kerja.
Jika tidak mendapat kursi dan hanya duduk atau berdiri di dekat toilet atau pintu kereta yang tertutup, maka hanya bisa merenung. Sekali waktu omong kosong dengan sesama penumpang yang tidak kebagian kursi. Banyak kisah yang bisa menjadi bahan untuk direnungkan.
0 0 0
Ada dua jenis kereta api kelas ekonomi, kelas ekonomi biasa dengan tempat duduk selebar 45 cm dan sandaran tegak lurus dengan posisi adu dengkul. Ada yang kursinya untuk tiga orang dan dua orang.
Tentu saja sangat menyiksa bagi penumpang bertubuh tambun. Kelas ekonomi seperti ini akan dihapus untuk meningkatkan pelayanan. Tentu saja harga tiketnya pun naik.
Kelas ekonomi premium, misalnya pada kereta api Kertanegara jurusan Malang-Purwokerto.
Tempat duduknya posisi 2-2 artinya setiap kursi hanya untuk dua orang dan tidak berhadapan sehingga tidak adu dengkul. Selain itu ada penyekat sandaran tangan dan sandaran tempat duduk bisa sedikit direbahkan.Â
Anehnya kursi nomer 11 dan 12 yang ada di posisi tengah gerbong kok berhadapan sekalipun tidak adu dengkul tetapi tetap saja adu kaki.
Jika kursi seperti ini penumpangnya satu komunitas atau keluarga asyik juga. Tapi tidak saling kenal dan enggan saling bicara tentu sangat menyiksa. Seperti yang dialami penulis saat duduk di antara tiga perempuan yang tampaknya pendiam. Bahkan untuk makan pun terpaksa harus di kursi restotasi. Padahal nasi goreng rasa rengginang diantar pramugarinya.
Suasana kelas ekonomi memang cukup berbeda dengan kelas bisnis dan eksekutif. Apalagi jika penumpangnya merupakan rombongan.
Gelak tawa di antara omong kosong dan memutar musik dari ponsel tanpa headset seperti suasana ramainya pasar. Hanya mulai sepi saat malam hari atau penumpang rombongan turun di kota tujuan.
Hilir mudik penumpang yang melihat suasana kereta api masih ada tanpa teguran petugas keamanan.
Ada juga cara duduk penumpang yang menaruh kaki di kursi depannya sekalipun sudah permisi kepada penumpang lainnya. Alangkah indahnya jika sepatunya dilepas.
Selain itu ketika kereta mendekati stasiun tujuan, para penumpang banyak yang sudah berdiri sekalipun petugas memberitahu lewat soundsystem: "Demi keamanan dan kenyamanan bersama, kami mohon penumpang berdiri setelah kereta api berhenti sempurna."
Tapi yang terakhir ini juga ada pada pesawat terbang komersial lho.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H