Pedati jenis lainnya dengan gerobak berukuran 2 x 2,6m, panjangnya sekitar 6,5m dengan atap berbentuk segitiga tumpul.Â
Rodanya menggunakan velg dan ban prahoto atau bis dan ditarik oleh dua ekor lembu.Â
Pedati jenis kedua ini juga semakin langka. Di Senduro, Lumajang hanya ada sekitar lima buah. Di Tumpang, Malang hanya ada tiga buah. Bahkan yang satu dibiarkan terbengkalai di pinggir kebun tebu.
Di sekitar Jogja hingga Purwokerto bisa dikatakan punah. Apalagi di daerah pegunungan dengan kondisi jalan naik turun.
Pedati jenis pertama biasanya sebagai alat angkut hasil bumi saja.
Pedati jenis kedua lebih banyak untuk mengangkut batu bata, batu kali, pasir, dan kadang tebu, kelapa, kayu, dan umbi-umbian.
Dengan alasan jalannya yang pelan dan bisa mengakibatkan kemacetan serta kotoran sapi berdampak polusi, pedati sekarang tidak boleh masuk wilayah dalam kota.
Inilah salah satu keadaan yang membuat pedati, gerobak sapi, atau cikar semakin tersisih sebagai sarana angkutan..