Pedati adalah gerobak yang ditarik lembu. Budaya Jawa menyebut cikar.
Ada dua macam pedati.
Pedati dengan ukuran gerobak 1,5 x 2m dengan atap berbentuk segitiga agak meruncing. Panjang keseluruhan sekitar 5 m. Roda dan jari-jarinya berukuran 1,60 m
dan terbuat dari kayu. Bagian luarnya dilapisi besi baja 2 x 12 mm sebagai penguat agar tidak mudah patah.
Pedati jenis ini hanya ditarik oleh seekor sapi.
Pedati jenis ini sudah jarang digunakan sekitar pertengahan 70an.
Penulis menemukan pedati seperti ini sebagai penghias taman sebuah rumah makan di sekitar Museum Sentalu, Kaliurang.Â
Sebagai barang antik di Museum Affandi, Jogja, pernah dijadikan salah satu ruangan untuk mencari inspirasi dan melukis oleh alm. Affandi.
Pedati jenis lainnya dengan gerobak berukuran 2 x 2,6m, panjangnya sekitar 6,5m dengan atap berbentuk segitiga tumpul.Â
Rodanya menggunakan velg dan ban prahoto atau bis dan ditarik oleh dua ekor lembu.Â
Pedati jenis kedua ini juga semakin langka. Di Senduro, Lumajang hanya ada sekitar lima buah. Di Tumpang, Malang hanya ada tiga buah. Bahkan yang satu dibiarkan terbengkalai di pinggir kebun tebu.
Di sekitar Jogja hingga Purwokerto bisa dikatakan punah. Apalagi di daerah pegunungan dengan kondisi jalan naik turun.
Pedati jenis pertama biasanya sebagai alat angkut hasil bumi saja.
Pedati jenis kedua lebih banyak untuk mengangkut batu bata, batu kali, pasir, dan kadang tebu, kelapa, kayu, dan umbi-umbian.
Dengan alasan jalannya yang pelan dan bisa mengakibatkan kemacetan serta kotoran sapi berdampak polusi, pedati sekarang tidak boleh masuk wilayah dalam kota.
Inilah salah satu keadaan yang membuat pedati, gerobak sapi, atau cikar semakin tersisih sebagai sarana angkutan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H