Demikian juga saat kereta komuter akan berhenti di Stasiun Wates, penumpang yang tidak menuju YIA sudah berdiri di depan pintu sebelum kereta berhenti.
Tentu saja ini bisa membuat bingung penumpang yang akan menuju YIA mengira sudah sampai di bandara.
Ada beberapa penumpang yang satu gerbong dengan saya tampak tergopoh-gopoh kuatir kereta segera berangkat sebelum mereka turun.
Mengetahui mereka membawa koper besar tentulah mereka menuju YIA, saya pun mengingatkan masih berada di Stasiun Wates.
Salah satu penumpang tampaknya masih ragu sambil menunjuk ke sebuah ruang yang bertuliskan 'Ruang Tunggu ke Bandara YIA'. Kebetulan gerbong yang kami tumpangi berhenti di depan ruang tunggu tersebut.
Setelah kami beritahu bahwa juga akan menuju YIA barulah mereka kembali duduk.
Sesampainya di bandara, ada hal unik lagi. Saat akan masuk bandara semua penumpang diminta menunjukkan tiket  melalui aplikasi KAI.
Sesuatu yang aneh, bukankah sebelum naik sudah diperiksa bahkan dengan scan wajah pula. Mungkin ada penumpang gelap dari Stasiun Wates.Â
Cara mengumumkannya juga agak kurang profesional, yakni melalui megaphone. Seperti penjual jamu di pinggir jalan atau di depan pasar tradisional.
Suara petugas yang serak-serak kering tentu saja cukup mengganggu.