Pekan terakhir Agustus 2023 bertepatan puncak musim kemarau cuaca terasa begitu dingin. Apalagi saat malam hari.
Demikian juga suasana di Dusun Kemulan, Desa Tulus Besar, Tumpang Kabupaten Malang di kaki Gunung Bromo dan Semeru.
Beberapa kelompok orang terlihat duduk-duduk di depan rumah sambil berdiang menghangatkan diri di dekat perapian.Â
Mereka duduk berdiang menghadap ke Padepokan Seni Mangundarmo yang saat itu sedang menggelar penutupan pekan budaya Kembul Topeng #2 bertajuk Spirit Sang Topeng di Simpang Tradisi.
Sebuah acara mempertahankan dan mengenalkan kembali seni tari topeng Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia.
Acara yang berlangsung meriah selama sepekan pada 19-26 Agustus 2023 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke 41 Padepokan Seni Mangundarmo, Malang.
Pagelaran ini merupakan kelanjutan pagelaran pertama yang diadakan pada 2011 silam.
Pada hari penutupan pagelaran yang sangat meriah menampilkan penari-penari senior yang merupakan dosen-dosen seni tari dari berbagai daerah dan perguruan tinggi. Usia para penari antara 65-82 tahun yang masih mampu tampil antara 20 sampai 38 menit dengan iringan gamelan secara langsung. Â Bukan musik rekaman.
Sebagai tari pembuka menampilkan seorang penari belia cantrik (siswa) Padepokan Seni Mangundarmo yang menari Topeng Kelana Putri.
Selanjutnya penari-penari senior  ini menampilkan kreasi mereka sendiri yang diciptakan berdasarkan sejarah dan mitologi yang ada dalam masyarakat.Â
Setelah menampilkan tari ciptaan sendiri mereka menjelaskan pada penonton arti simbolis dan filosofi tarian tersebut.
Panji Kelono oleh Mbak Sekar Wangi dari Sanggar Mulya Bakti, Indramayu.
Mbak Sekar Wangi penari senior berusia 64 tahun ini masih luwes, lincah, dan gemulai menarikan dua tarian sekaligus dalam waktu 21 menit.Â
Tari Topeng Kelono dan Panji yang ditampilkan merupakan gambaran seorang ksatria dengan karakternya masing-masing akibat pengaruh lingkungan tempat mereka hidup.
Nyoman Cahya dari Singaraja, Bali.
Nyoman Cahya merupakan dosen seni tari di ISI Surakarta. Usianya 67 tahun.Â
Dua penampilannya sekaligus dalam Topeng Arsa Wijaya dan Topeng Tuwa selama 19 menit menunjukkan kepiawaiannya sebagai penari senior.Â
Pemilik Sanggar Santi Budaya ini sekalipun sudah pensiun mengajar namun tetap menjadi dosen tamu.
Haryo Broto Wibisono dari Surabaya.
Penari senior berusia di atas 65 tahun dari Surabaya ini memang hanya menampilkan satu tarian. Namun durasinya sekitar 27 menit.
Tarian berjudul Dalan Kauripan yang diciptakannya menggambarkan manusia dengan empat nafsunya.Â
Dalam budaya Jawa disebut sedulur papat lima pancer.Â
Sebagai manusia harus bisa menjadi pusat pengendali empat nafsu yang ada dalam diri.
Ki Soleh Adipramono, Sang Guru dan Pandega Padepokan Seni Mangundarmo.
Pertengahan pagelaran, Ki Soleh Adipramono tampil memukau dan berwibawa dalam lakon penguasa Kerajaan Daha.Â
Tampil heroik sebagai seorang pangeran dengan gerakan gagah selama 17 menit sangat menggugah para cantrik Padepokan Seni Mangundarmo.
Dina Sunari dalam Topeng Putri.
Penari perempuan senior berusia 64 tahun menampilkan sebuah tarian yang menggambarkan kecantikan dan keanggunan tokoh-tokoh perempuan dalam kisah Panji. Seperti Ragil Kuning dan Dewi Sekartaji.
Kreasinya ini karena kegalauan hatinya atas minimnya tarian yang menggambarkan para putri dalam kisah dan sejarah Kerajaan Jenggala dan Galuh.
Perjuangan rakyat Panarukan dalam penindasan pembangunan Jalan Deandels.
Sebuah tarian bukan hanya menggambarkan kisah sejarah dan mitologi sebuah kerajaan di masa lalu.Â
Perjuangan seorang seniman tari dari Blambangan yang menjadi korban kerja paksa pembangunan jalan pos Anyer-Panarukan pada masa kolonial juga ditampilkan.Â
Ditampilkan oleh 12 penari yang menggambarkan para pekerja paksa begitu memukau dan membuat para penonton menahan nafas.
Dua penari senior yang tampil sebagai seorang tokoh masyarakat dan seorang pekerja yang menjadi pejuang menentang penjajah.
Gerakan lembut dan halus namun gagah para penari serta iringan tembang-tembang perjuangan dalam bahasa Osing semakin membuat tarian ini begitu memaku penonton.
Sekalipun ditampilkan selama 42 menit tanpa henti. Bahkan selama Mas Sofyan sebagai penari utama melepas pakaian seorang pekerja paksa berganti pakaian seorang seniman tari yang berjuang.
Demikian juga Mbah Suwana sebagai penari perempuan yang berusia lebih dari 75 tahun juga tetap luwes menari dan anggun dalam menembangkan lagu dalam bahasa Osing.
Selesai menari Mas Sofyan penari dari Banyuwangi ini mengajak seluruh hadirin menari bersama di atas panggung dengan iringan karawitan secara langsung.
Diawali Mbak Tri seorang penari dari Tumpang dan dosen seni tari Universitas Negeri Malang (UM) maka naik dan menarilah para hadirin selama 7 menit.
Jam 23.14 cuaca semakin dingin namun suasana Padepokan Seni Mangundarmo semakin hangat oleh keguyuban para seniman tari, pelukis, pemahat topeng, budayawan, dan pemerhati seni budaya dan masyarakat yang terlibat dalam pagelaran Kembul Topeng #2.
Rahayu ... Rahayu... Rahayu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H