Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hutan, Hujan, Erosi, dan Sampah di Laut

4 Februari 2023   18:18 Diperbarui: 5 Februari 2023   13:35 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang nelayan dibantu anaknya membetulkan jaring yang terkena sampah. | Dokumentasi pribadi

Hujan yang menghujam amat deras Yogyakarta termasuk wilayah puncak Gunung Merapi pada Kamis 2 Februari 2023 mulai siang hingga tangah malam membuat meningkatnya volume air Kali Opak dan anak-anak sungainya.

Peningkatan volume debit air akibat hujan ini menyebabkan erosi di banyak titik yang terlihat dari potongan pohon dan bambu yang terbawa hingga ke daerah muara di sekitar Pantai Samas. 

Selain itu air sungai yang berwarna coklat pekat karena kandungan lumpur yang terbawa arus menyebabkan air laut bagian pinggir sepanjang sekitar 1 km sejauh kurang lebih 50m dari bibir pantai juga berwarna coklat. 

Pada malam hari juga terjadi pasang naik dengan gelombang setinggi 2-3 m sehingga air laut masuk ke wilayah pertanian yang sedang ditanami padi di sekitar Laguna Pengklik, Samas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sampah dan pemulung di tepi pantai. | Dokumentasi pribadi
Sampah dan pemulung di tepi pantai. | Dokumentasi pribadi

Gelombang yang tinggi ini juga membawa sampah-sampah yang terbawa arus sungai ke muara kembali ke pinggir pantai sepanjang sekitar 1 km.

Tak ayal bibir Pantai Samas tampak sangat kotor.

Hal yang sangat miris dari sampah-sampah yang menggunung di bibir pantai adalah plastik-plastik dari bungkus makanan dan botol-botol minuman siap saji serta sedotan plastik, pembalut wanita dan popok bayi.

Saya menyempatkan menghitung jumlah sedotan plastik dari tumpukan gunung sampah dengan jumlah terbanyak 108 buah per meter persegi. Jumlah terendah ada 22 buah sedotan per meter persegi. Berarti rerata jumlah sedotan 65 buah per meter persegi. Bisa dibayangkan betapa besarnya jumlah sedotan sepanjang 1 km!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sedotan yang berbahaya bagi kehidupan laut. | Dokumentasi pribadi
Sedotan yang berbahaya bagi kehidupan laut. | Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sampah-sampah plastik yang bertebaran ini dipunguti oleh beberapa warga setempat yang memulung untuk dijual seharga 3 ribu rupiah per kg.

Jika beruntung dalam sehari bisa mendapat 2 karung plastik atau sekitar 8-10 kg sampah plastik dengan harga 24-30 rupiah.

Apresiasi terhadap pemulung yang secara tidak langsung ikut serta menyelamatkan laut dan makhluk hidup di dalamnya dari bahaya sampah plastik. 

Masih menjadi tantangan bagaimana dengan sampah plastik yang tidak bisa digunakan lagi, seperti pembalut wanita, popok bayi, sandal, pakaian, serta sedotan yang tidak laku dijual dan masih bertebaran sepanjang bibir pantai.

Sampah-sampah yang berasal dari batang-batang pohon, dedaunan, dan buah kelapa juga menumpuk dan menggunung. Ada yang mulai membusuk namun banyak juga yang mengering. 

Batang kayu dan bambu yang berukuran besar dikumpulkan oleh sebagian masyarakat untuk digunakan sebagai kayu bakar. Kayu-kayu ini dikumpulkan di beberapa tempat seperti tumpukan bakal api unggun.

Mencari kayu bakar di tepi pantai. | Dokumentasi pribadi
Mencari kayu bakar di tepi pantai. | Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Seorang warga mengatakan bahwa pemakaian kayu bakar juga berfungsi untuk mengusir nyamuk yang berasal dari hutan mangrove dan rawa-rawa di sebelah timur Pantai Samas.

Melihat kondisi yang demikian memprihatinkan bisa disimpulkan erosi akibat rusaknya hutan masih terjadi. Baik karena bencana alam, seperti gunung meletus atau pun akibat semakin merangseknya lahan permukiman. 

Seorang nelayan dibantu anaknya membetulkan jaring yang terkena sampah. | Dokumentasi pribadi
Seorang nelayan dibantu anaknya membetulkan jaring yang terkena sampah. | Dokumentasi pribadi

Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup agar tidak membuang sampah di sungai masih sangat rendah. 

Di sinilah upaya terus menerus harus dilakukan semua pihak untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun