Menonton secara langsung pagelaran tari di Bangsal Sri Menganti, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memang selalu memancing kerinduan untuk kembali datang.
Apalagi tidak perlu membayar mahal. Cukup delapan ribu rupiah bisa menonton suguhan tarian lembut dan agung dengan iringan karawitan yang mengalun merdu nan lembut pula.
Penari-penari yang cantik, gagah, dan luwes gerak-geriknya dengan yang sangat indah.Â
Gerak tari yang selaras dengan  alunan sesekaran sangat membuai.
Sabtu, 7 Januari jam 10 - 12 pagi tadi kembali saya menonton fragmen Wayang Wong dengan lakon Wasi Jaladara di Bangsal Menganti, Keraton Ngayogyakarta.
Tentang kisah Wasi Jaladara ini tidak saya bahas sekarang, selain hanya menunjukkan betapa luwesnya para penari  dan selarasnya para wiyaga dalam mengiringi para penari dalam menampilkan fragmen kisah Wasi Jaladara.
Sebuah kisah carangan yang hanya ada pada budaya Jawa yang menceritakan masa muda Pandawa sebelum konflik keluarga besar Barata diselesaikan dengan perang saudara.
Bagi penonton yang kebanyakan adalah wisatawan tentu pagelaran ini hanya sebuah tarian atau sendratari yang sangat menarik yang ditampilkan oleh ... dengan penari-penari cantik, gagah, dan luwes.Â
Bagi pengamat dan pecinta seni budaya wayang wong tentu fragmen ini menyampaikan pesan moral yang sangat dalam. Pesan agar selalu bijaksana untuk menjalani kehidupan.
Pagelaran wayang wong di bangsal Sri Menganti di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini digelar setiap Sabtu-Minggu, jam 10 - 12 siang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H