Keunikan dari serabi Bu Ngadinem ini bukan hanya menyediakan satu rasa tradisonal saja tetapi cara memasaknya menggunakan perlengkapan tradisional pula. Alat membuatnya terbuat dari cobek atau layah tanah liat dengan diameter 15 cm. Untuk perapian menggunakan keren atau semacam tungku dengan bahan bakar kayu.
Waktu memasak serabi sekitar 3-4 menit per buah. Setiap hari memasak dengan menggunakan 4 buah layah. Â
Pengalaman membuat dan berjualan sejak akhir 90an atau sekitar 25 tahun tampak terlihat dari keterampilan dan kecekatan tangannya mulai dari mengaduk adonan, menuangkan ke layah, mengentas, dan menata kayu bakar agar bara api stabil sehingga serabi tidak gosong.
Selesai mengentas serabi, layah langsung dibersihkan dengan lap untuk menghilangkan sisa adonan kering yang menempel di layah. Demikian seterusnya.
Untuk membungkus dan menyajikan, Bu Ngadinem dibantu salah satu keluarganya.
Dalam sehari, mulai dari jam 3 sore hingga jam 7 malam bahkan kurang Bu Ngadinem bisa menghabiskan 1 kg adonan yang bisa menjadi 70 tangkup serabi. Setiap tangkup harganya 3 ribu rupiah. Bisa dimakan di tempat atau dibungkus untuk dibawa pulang. Â
Kelebihan dari serabi ini yakni dimasak tanpa menggunakan minyak goreng seperti serabi masa kini yang dimasak dengan kompor gas dan penggorengan .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H