Mungkin ini bunga telang seperti yang istriku katakan.
Ingin kupetik tapi yang punya apakah mengijinkan?
Sekali pun yang empunya adalah lelembut hutan yang tidak kelihatan.
Aku pun membaca mantra untuk memetik bunga. Tak ingin yang menjaga marah.
Setangkai bunga pun kupetik karena memang hanya itu yang ada.Â
Berharap istriku merasa senang dengan yang kubawa.
Di depan rumah istriku sudah menunggu sambil menyapu.
Kubuka tas punggungku lalu mengambil bunga warna ungu yang telah layu.
Istriku tersenyum malu ketika menerima bunga itu.
Ah, bentuknya lucu. Katanya begitu.
Iya, seperti bibirmu tak pernah memakai gincu. Jawabku.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!