Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suka-duka Hidup di Pinggiran Desa Tepi Hutan Jati

15 Oktober 2022   15:26 Diperbarui: 15 Oktober 2022   15:42 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dijamu makanan desa. | Dokumen pribadi.

Di mana bumi diinjak di situ langit dijunjung. Di mana pun kita tinggal harus menyesuaikan dengan adat istiadat setempat. Hidup pun aman, tentram, dan damai.

Termasuk juga dalam pergaulan dengan tetangga. 

Ada tetangga seperti Arjuna dan Dasamuka, Betari Durga dan Banowati, Sengkuni dan Durna, ada juga yang seperti Kresna yang alim tapi suka menipu.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Sunyi sepi sendiri. | Dokumen pribadi 
Sunyi sepi sendiri. | Dokumen pribadi 

Apa dan bagaimana pun sifat tetangga harus diterima dengan lapang dada. 

Pepatah Jawa mengatakan, ora gelem tetanggan uripa ndik alas. Artinya, jika tak mau bertetangga hiduplah di hutan. Jangankan di hutan yang sepi. Di pinggir desa dekat tepi hutan saja bisa seperti hidup di penjara seumur hidup.

Inilah yang saya rasakan saat dua bulan tinggal di pedalaman DIY. 

Adoh lor adoh kidul. Jauh dari mana pun. Jarak rumah tetangga paling tidak lima puluh meter dan terhalang hutan jati atau kebun yang luas. Itu pun ada beberapa rumah yang kosong dan rusak karena anak cucunya telah hidup di kota.

Pagi siang sepi karena banyak yang meninggalkan rumah untuk bekerja. Sehingga harus menghibur diri bermain dengan ayam peliharaan. Setelah itu gowes mengikuti kata hati. 

Kosong. | Dokumen pribadi 
Kosong. | Dokumen pribadi 

Jarak antar RT saja 500-700 m. | Dokumen pribadi
Jarak antar RT saja 500-700 m. | Dokumen pribadi

Kosong ditinggal. | Dokumen pribadi 
Kosong ditinggal. | Dokumen pribadi 

Sore malam tambah sepi karena para tetangga istirahat dan sibuk dengan keluarganya. Saya pun menghibur diri hanya dengan berkompasiana. Jatah pulsa data pun membengkak. Jika di Malang pakai wifi maka di Bantul harus pakai pulsa data dengan sinyal yang sering menari lenso.  

Syukurlah, para tetangga yang jaraknya cukup berjauhan ternyata masih perhatian. 

Dijamu makanan desa. | Dokumen pribadi.
Dijamu makanan desa. | Dokumen pribadi.

Senyum simpul selalu terkembang dalam saling sapa bila bertemu. 

Lebih dari itu kadang diundang makan bersama sebagai seorang saudara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun