Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki Tua Itu Berharap Dijemput Istrinya

7 September 2022   07:00 Diperbarui: 7 September 2022   12:06 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki tua itu menggeliatkan tubuhnya yang semakin kurus ketika ayam jago mulai enggan berkokok.

Tulang punggungnya makin terasa kaku dan sulit dilemaskan lagi seperti galar bambu alas tidurnya yang tak pernah diganti sejak malam pertama.

Ingin ia merebahkan lagi dirinya di amben dengan bantal kapuk yang telah bantat seperti tetel buatan istrinya, almarhum.

Bantal kenangan yang tak akan dibuang sebab bersama amben ini telah membangun mahligai permata indah bernama keluarga.

- -

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Terang mentari yang menyelinap lewat sela papan lapuk meminta ia segera bangun dan berdiri.

Dibukanya jendela kamar dan tampaklah tembok putih menyilaukan matanya yang mulai rabun.

Ia terus memandang tembok yang dulu adalah bentangan hijaunya sawah tempat ia dan istrinya menikmati hidup.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Di meja dekat jendela sudah tersaji secangkir wedang uwuh,  sepotong ubi rebus, dan tiga batang klembak menyan. Sajian istri tercinta yang kini disediakan satu-satunya cucu yang masih bertahan bersamanya.

"Mbah, aku berangkat ..." pamit Surti, cucunya akan berangkat bekerja di sebuah mini market di dekat balai desa.

Lelaki tua itu tertatih mengikuti cucunya hingga di pertigaan jalan batas desa.

Sebuah jalan indah yang dulu pematang berpagar pohon turi.

Di sana ia berhenti sambil mengisap dalam-dalam rokok klembak menyan hingga pipinya tampak semakin kempot.

Mata nanarnya setengah kosong memandang setiap orang lewat yang tak dikenalnya.

Lelaki tua itu tetap berdiri ketika jalanan makin sepi dari lalu lalang motor.

Di ujung jalan tampak istrinya berdiri menunggu di bawah pohon talok.

Lelaki tua itu berkata lirih: Tunggulah aku di situ.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Goa Selarong, Bantul

6 September 22

Catatan:

Galar: belahan bambu untuk alas tempat tidur.

Amben: tempat tidur dari bambu.

Rokok klembak menyan: rokok kretek berukuran besar dan ditaburi menyan untuk memberi aroma wangi.

Tetel: kue terbuat dari ketan.

Talok: buah ceri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun