Kerupuk ini bukanlah buatannya sendiri, tetapi ia hanya menjajakan milik seorang juragan kerupuk yang juga sedaerah asal.
Mengapa ia tidak berdagang keliling dengan menggunakan sepeda atau sepeda motor?
Setiap hari ia harus berjalan sejauh 8-12 km dari kampung ke kampung dari gang sempit hingga jalan raya selebar 8 m seperti daerah Krapyak.Â
Jika menggunakan sepeda atau sepeda motor terlalu makan jalan dan bisa mengganggu arus lalu lintas di gang sempit. Menggunakan blek dengan pikulan bila berpapasan dengan kendaraan maka ia secara langsung bisa minggir. Sehingga arus lalulintas tetap cukup lancar.
Selain itu, jarak warung dan toko yang menjadi langganan untuk dititipi kerupuk tidak terlalu berjauhan. Rerata berjarak 25 m saja.Â
Keuntungan lainnya pada saat musim hujan kerupuknya bebas terpaan atau tetesan air hujan sehingga tidak melempem.
Menurut Kang Jajang, sepengetahuannya hanya dua orang saja yang berjalan kerupuk dengan cara seperti ini. Dia sendiri dan temannya.
Setiap hari, Kang Jajang melayani sekitar 30 warung dari sekitar 100 warung langganannya yang dilayani selama seminggu.Â