Selama kehidupan masih berlangsung mengikuti perjalanan waktu dan perputaran bumi, setiap orang membutuhkan tenaga untuk menjalaninya. Manusia pun harus terus berkarya dan bekerja untuk mengepulkan dapur demi sesuap nasi yang memberi tenaga.
Berkarya harus kreatif dan bekerja harus punya keterampilan. Tanpa keduanya maka akan tersisih.
Di salah satu sudut tengah kota Malang, tepatnya di Pasar Comboran yang oleh sebagian orang disebut daerah kumuh namun ramai ada dua sosok yang menarik perhatian para pengunjung. Dua sosok di antara keramaian lapak kaki lima yang penuh pejalan kaki atau pengendara sepeda motor yang berhenti sedikit mengabaikan ketertiban dan membuat arus lalu lintas sedikit tersendat.
Mereka sama-sama penjual jamu ramuan tepatnya minyak gosok. Entah ini termasuk tradisional, herbal, atau alternatif walau yang dijual semacam cairan hasil olahan sendiri.
Sosok pertama seorang pria bertelanjang dada yang sedikit dipenuhi tato namun tidak begitu terlihat karena memakai banyak kalung kayu dan tulang dan berambut gondrong.
Gaya yang unik dengan suara lantang cukup mengundang beberapa orang untuk menonton. Logatnya yang kadang berubah sulit diketahui dari mana asalnya. Ia pun menggelar berbagai barang unik seperti patung kayu gaya Suku Asmat, membakar tiga batang dupa, dan alat peraga lainnya yang sebenarnya tidak saling terkait.
Kepiawaiannya dalam menawarkan jasa yang berbau ramalan dan ramuan yang dijualnya semakin membuat penonton terbuai. Bahkan beberapa orang berani menyodorkan selembar uang dipinjamkan sebentar padanya untuk dilihat nasib yang punya uang. Entahlah apakah uang ini pada akhirnya dikembalikan atau tidak, selama lima belas menit saya melihat masih saja ia membuai setiap penonton mendengar jurus-jurus mengubah nasib.
Ada pula yang sepertinya terbuai untuk dilihat garis tangannya yang menggambarkan garis hidupnya. Sang pemilik tangan hanya manggut-manggut ketika disebut nasibnya tak pernah beruntung. Lelaki berpakaian sederhana dan tampak lusuh yang diramal ini mengangguk bahwa apa yang dikatakan si penjual ramuan ini benar.