Waktu tak mungkin berhenti dan terus berganti. Walau pada akhirnya kehidupan seseorang di dunia harus berakhir.
Sedih dan sukacita adalah rasa yang harus dinikmati setiap manusia.
Pagi tak selalu menampakkan mentari. Malam tak berarti kelam.
Berjalan mengikuti kata hati yang penuh arti bukan sekedar bersenang diri.
Pandemi Covid-19 masih mengintip, menjalankan protokol kesehatan adalah kewajiban termasuk menjalankan tugas paduan suara saat natal di gereja.
Memakai masker juga kewajiban yang harus dipatuhi.
Pandemi memang telah melumpuhkan perekonomian. Namun kehidupan harus tetap berjalan dan dapur harus mengepul. Berjualan dengan menjaring pembeli di mana dan bagaimanapun caranya.
Kadang harus sedikit berdebat dengan petugas ketenteraman dan ketertiban yang dengan sabar meminta tidak berjualan di taman kota.
Di sebuah jalur kereta api, beberapa pekerja perawatan dan perbaikan rel kereta api juga bekerja secara profesional. Terik mentari harus diabaikan demi lancarnya pekerjaan.Â
Kala haus, tenggorokan harus disegarkan sekalipun hanya dengan segelas minuman dalam kemasan manis.
Di sudut lain beberapa petugas Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang yang sedang merawat dan memperbaiki jalan di depan patung Chairil Anwar di Kayutangan tampak bekerja tanpa tanda pengaman.Â
Empat aparat kepolisian dari Sabhara yang melihatnya langsung membantu menjaga arus lalu lintas. Dua menjaga keamanan dan dua lagi ikut bekerja membantu petugas DLH dengan mengambilkan beberapa ember air. Air digunakan untuk menyiram pasir agar meresap padat di bebatuan jalan.
Senja berlalu malam menjelang, deretan pertokoan Kayutangan yang kini banyak ditinggalkan pedagang makin sepi.Â
Kawasan yang akan dijadikan wisata heritage makin lengang.Â
Hampir selengang pasar bunga yang khusus menyediakan bunga tabur untuk pemakaman. Atau bunga borek untuk memandikan dan merawat jenazah.
Sepi dan malam tak selalu menyeramkan dan menakutkan seperti kala memasuki ruang penyimpanan peti jenazah.Â
Hampir tiga puluh menit berada di sini untuk memilih peti yang tepat untuk seseorang yang mendahului kami. Tak ada sesuatu yang aneh. Misalnya suara peti diketuk atau ada lelembut menampakkan diri. Apalagi ada boneka arwah.
Demikian juga di garasi tempat mobil jenazah. Biasa saja.Â
Pagi telah merekah kembali seperti hati ini karena harus menemani keluarga berdukacita dan menghantar serta memberkati almarhum sebelum dikremasi.
Waktu terus berjalan tugas dan tanggung jawab harus dilaksanakan setiap orang sesuai dengan panggilannya.Â
Demikian juga saat harus memakamkan abu jenazah sehari kemudian.
Hidup adalah pelangi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H