Erupsi Gunung Semeru yang terjadi Sabtu, 4 Desember 2021 sekitar jam 3 sore telah membawa dampak nyata yang begitu besar.
Korban jiwa dan harta benda sudah pasti dan kita harap tidak bertambah. Rusaknya prasarana penghubung perekonomian wilayah selatan Jawa Timur juga terlihat nyata dengan hilangnya jembatan Gladak Perak.
Sebagian orang mungkin menyesal belum sempat berhenti saat lewat atau belum pernah ke sana untuk melihat keindahan alam yang demikian spektakuler. Melihat ke utara akan tampak betapa anggunnya Gunung Semeru. Melihat ke selatan dan tenggara tampak bentangan cakrawala berbatas laut selatan, Samudra Hindia. Dan di sisi kiri kanan akan melihat indahnya hutan hujan dan di bawahnya jurang menganga lebar dan dalam seakan menarik kita.
Di balik semua itu ada derita yang sudah menganga siap menelan masyarakat yang ada di sekitarnya. Baik warga Turen dan Dampit yang ada di kabupaten Malang maupun warga Senduro, Candipuro, dan Pasirian di kabupaten Lumajang. Dua wilayah kabupaten di selatan Jawa Timur ini hanya terhubung secara singkat lewat jembatan satu-satunya yakni Gladak Perak yang kini hancur tak berbekas.
Pandemi Covid-19 yang melanda sudah memukul jumlah wisatawan ke Tumpak Sewu, Gua Tetes, Watu Godek, dan Jembatan Gladak Perak yang sering dijadikan rest area.
Kini, erupsi Gunung Semeru tentu berdampak akan ditutupnya sementara tempat wisata tersebut demi keamanan bersama.
Putusnya jembatan Gladak Perak jelas terputus pula jalur ekonomi para pedagang tradisional seperti para perajin gula merah, petani salak dan pisang dari Lumajang yang akan dijual ke Dampit, Turen, dan Bululawang. Juga sebaliknya para pedagang sayur dan hasil bumi lainnya serta peternak ayam pedaging dan petelor dari Dampit, Turen, dan Bululawang yang akan menjual ke Senduro dan Candipuro, Lumajang.
Demikian juga usaha transportasi minibus dan bus tentu saja semakin kolaps sebab jalur sudah putus sama sekali.
Bisa saja para pedagang lewat jalur tengah dengan melintasi lereng utara Gunung Semeru, namun kondisi seperti ini tentu sangat berbahaya sebab bisa saja arah angin mengubah awan panas ke timur dan utara. Tentu pihak berwenang tak akan mengambil resiko untuk membuka jalur tengah yang sempit.
Bisa pula para pedagang mengambil jalur utara lewat Pasuruan dan Probolinggo dengan jarak bertambah sekitar 125 km. Tentu menambah waktu dan beaya.