Walau malu kata-kata mertua, aku tetap berjalan menuju dapur. Tercium bau ikan asin yang menyeruap dari antara dinding-dinding gedhek.
Kala pintu kayu kubuka pelan, kulihat seorang bidadari tersenyum merekah bahagia. Bau sangit di tubuhnya karena asap kayu bakar mengalahkan harumnya selaksa mawar surga. Rambutnya yang hitam kelam karena jelaga dan minyak kelapa, kini begitu mempesona daripada rambut bidadari di nirwana.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!