Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Semoga Para Ibu Tetap Senang Memasak Sayur Mayur

23 Juni 2021   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2021   07:20 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar sayur khusus pengepul di Desa Kedungrejo, Tumpang-Malang. Dokpri

Tidak stabilnya harga sayuran selama hampir setahun akibat pandemi Covid-19 memang dirasakan para petani sayur dan pedagang sayur mayur. 

Fluktuasi harga kadang betul-betul membuat kerugian dalam arti modal tidak kembali, kadang hanya kembali modal, kadang untung sedikit, tetapi jarang untung besar. 

Untuk petani padi dan kentang memang harga bisa dikatakan stabil karena kala permintaan sedikit dan persediaan melimpah, hasil panen masih bisa disimpan sekian minggu bahkan dua bulan. Setelah permintaan naik barulah dijual dengan harga yang lumayan.

Sedang untuk sayuran, jika hari ini panen maka hari ini pula harus terjual. Jika tidak terjual karena permintaan sedikit maka mau tidak mau harus dibuang. 

Tidak mungkin dijual esok hari karena mengalami kebusukan setidaknya layu. Untuk sayur tomat, kobis, brokoli, dan sawi putih masih bisa bertahan hingga 4-5 hari. 

Tetapi bagaimana pun mengalami kebusukan sebagian sehingga jika akan dijual harus dirempesi atau dibuang yang mulai busuk sehingga tetap tampak segar. 

Perempesan ini tentu saja menyebabkan penyusutan bobot paling tidak 5-10%. Jika harga komoditas naik tentu saja tidak akan mengurangi kerugian. Tetapi jika harga stabil bahkan turun maka kerugian akan sangat terasa.

Turunnya permintaan dan harga yang cukup signifikan selama setahun ini membuat saya harus melihat secara langsung ke pasar untuk melihat kenyataan yang sebenarnya. 

Beberapa sekolah berasrama di Surabaya dan Malang yang biasanya kami pasok memang jelas permintaan berhenti sama sekali karena penghuni asrama kembali ke daerah masing-masing dan belajar secara daring di rumah masing-masing.

Melimpah. Dokpri
Melimpah. Dokpri
Melimpah. Dokpri
Melimpah. Dokpri
Melimpah. Dokpri
Melimpah. Dokpri
Lalu bagaimana dengan pasar tradisional yang banyak menyerap hasil pertanian sayur mayur?

Selama satu minggu ini, kami berdua keliling pasar-pasar tradisional di wilayah Surabaya, mulai pasar Wonokromo, Kayoon, Tambak Rejo, dan pasar-pasar kaget di sekitar Kapasan, Ploso Bogen, Karang Asem, Karang Empat, Gubeng Kertajaya, dan sekitar Menur. 

Ternyata persedian melimpah. Artinya permintaan menurun. Saya menyempatkan diri bertanya pada beberapa pedagang pengecer apakah permintaan dari konsumen keluarga menurun, ternyata jawabnya cukup mengejutkan. 

Benar permintaan menurun. Keadaan seperti ini ternyata bukan hanya terjadi di Malang dan Surabaya, tetapi juga terjadi di Jogjakarta berdasarkan laporan putri kami yang tinggal di Bantul dan Sleman.

Menurunnya pendapatan ekonomi keluarga terutama dari mereka yang bekerja di sektor informal ternyata berpengaruh juga dalam perubahan pola konsumsi keluarga. 

Di mana mereka lebih banyak memasak yang bisa menginap atau dihangatkan kembali, seperti yang terbuat dari tempe, tahu, ikan, daging, dan telor. 

Sedang sayur yang tidak bisa atau tidak baik untuk dihangatkan kembali bila dikonsumsi, kini kurang laku. Apa yang mereka lakukan ini untuk mengirit pengeluaran.

Siap kirim. Dokpri
Siap kirim. Dokpri
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Siap kirim. Dokpri
Siap kirim. Dokpri
Bagaimana dengan warung K5 yang ada di pusat pertokoan?

Pembatasan pergerakan untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan membatasi jumlah pengunjung dan jam kerja pertokoan serta kehati-hatian masyarakat tertular Covid-19 tentu saja membawa dampak menurunnya pengunjung dan banyak toko serta mall yang mengurangi jumlah karyawan. 

Hal ini pula yang mengurangi jumlah konsumen pedagang K5 yang menjual makanan bahkan pusat kuliner di Malang dan Surabaya. Padahal warung-warung K5 inilah yang banyak menyerap hasil pertanian sayur mayur. 

Sebab yang dijual kebanyakan makan tradisional yang banyak mengolah sayur, seperti gado-gado, rujak cingur, pecel, urap-urap, lotek, karedok, sayur asem, sop, oseng-oseng, tumis, bahkan lodeh serta cap cay. 

Sedang untuk rumah makan besar, kafe, atau pun restoran di pusat pertokoan lebih banyak menyediakan makanan dari olahan telor, daging dan ikan. Kalau toh sayur biasanya hanya bersifat lalapan atau hanya pelengkap yang tidak terlalu banyak dibutuhkan.

Menunggu pedagang antar kota. Dokpri
Menunggu pedagang antar kota. Dokpri
Hingga senja sayur masih banyak. Dokumen pribadi
Hingga senja sayur masih banyak. Dokumen pribadi
Lemon tidak laku. Dokumen pribadi.
Lemon tidak laku. Dokumen pribadi.
Sepinya pengunjung dan konsumen tentu saja membuat para pedagang K5 banyak yang menutup usahanya. Ini terlihat di bagian kuliner Hitech Mall Surabaya, Plaza Jembatan Merah, Surabaya Mall, pusat kuliner K5 di Tunjungan, bahkan di Kayoon pada sore hari hanya ada tiga warung yang buka. 

Sedang di deretan stasiun Gubeng dan Wonokromo yang merupakan warung K5 untuk kelas bawah saja tampak ramai pengunjung juga sepi pembeli. 

Sedang warung-warung K5 di sepanjang Kertajaya hingga ke timur lalu ke selatan hingga Sedati Sidoarjo kuliner di Bandara Juanda juga menurun pendapatannya.

Bayam tak dipanen karena harga jatuh tak menyurutkan semangatnya. Dokpri
Bayam tak dipanen karena harga jatuh tak menyurutkan semangatnya. Dokpri
Tanam padi ato sayur? Dokumen pribadi
Tanam padi ato sayur? Dokumen pribadi
Kota besar dengan segala aktifitasnya memang masih menjadi pangsa pasar untuk hasil pertanian, termasuk sayur mayur. Demikian juga keluarga juga menjadi pangsa pasar utama hasil pertanian. 

Maka ketika pandemi Covid-19 masih terjadi tentu saja sektor perekonomian sangat tergangggu bahkan juga menguras APBN.

Hanya kedisiplinan setiap lapisan dan warga masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan dan penyebaran Covid-19 dan memulihkan perekonomian kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun