Beberapa kali, kala malam hari saya sering mengintip dari jauh adanya seseorang yang meminta sangu kepada petugas parkir yang selalu bertugas tanpa memberi karcis retribusi kepada pemakai sepeda motor dan mobil yang memarkir kendaraannya.Â
Sekitar tiga jam saya keliling menikmati geliat para pedagang K5 yang berusaha mengais rejeki dari pejalan kaki yang akan berbelanja di toko-toko besar.Â
Mendekati jam 12 siang tiba-tiba saja hujan turun dengan lebat. Dengan cekatan para pedagang K5 segera mengemasi dagangannya dengan sekali tarik tanpa perlu menatanya. Sebab mereka akan menata kembali justru pada saat akan menggelar dagangannya kembali. Petugas parkir pun sibuk menata helm para pengendara sepeda motor yang memarkirkan di situ.
Hujan makin deras, kami pun masuk ke sebuah mal yang pada awal dan pertengahan 80an merupakan pusat pertokoan tempat belanja kaum menengah namun kini berubah menjadi tempat penjualan barang-barang tiruan. Mulai dari pakaian bayi, anak-anak, arloji, kacamata, asesoris pakaian wanita, hingga sepatu dan hape bekas.Â
Sepinya pengunjung, apalagi pembeli di masa pandemi ini dan ditambah hujan semakin deras membuat beberapa penjaga stand merasa bosan dan tertidur. Seperti seorang pedagang emas eceran yang tertidur di kursi depan sebuah toko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H