Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dewi Sekartaji dan Panji Asmarabangun

1 Maret 2021   10:17 Diperbarui: 1 Maret 2021   12:55 9532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekartaji sebagai pengamen tari datang ke gubug Asmarabagun. Dokpri

Duh Eyang Ibu Bumi Ya Eyang Sriwidayaningrat, kawula ngaturaken sungkem. Sedaya kalepatan kawula ingkang sampun kalempahan, kawula nyuwun pangeksami ingkang agung. Ingkang dereng kalempahan kawula naming sadermi. Kawula ngaturaken agunging panuwun awit paring pagesangan paduka.Mugi-mugi kula saged meningi kang nata kawula, Nungsa Mulya Tiyasa sakturun-turun kawula sedaya. (1)

Selesai mengucapkan doa, Dewi Sekartaji yang telah berganti pakaian ala gadis desa lalu memasukkan cundrik di setagen pengikat jaritnya. Lalu tidur pulas di antara para inang yang setia menemaninya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Panji Asmarabangun. Dokumen pribadi
Panji Asmarabangun. Dokumen pribadi
0 0 0 0 0

Sembilan purnama dalam pengembaraannya yang kadang menjadi petani, kadang menjadi penari tanpa diketahui oleh rakyatnya, Panji Asmarabangun merasa bahagia karena hampir seluruh masyarakat hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan dan tetap berharap Jenggala dan Kadhiri tetap menyatu. Kini, ia ingin kembali ke keraton menemui isteri tercintanya Dewi Sekartaji yang ditinggalkan tanpa pamit.  

Saat istirahat selesai menggarap sawahnya, beberapa wanita pengamen datang menemuinya untuk minta istirahat di gubuknya. Salah satu wanita begitu memikat penampilan dan gerak-geriknya yang gemulai serta tutur katanya yang halus. Si wanita cantik ini lalu melantunkan sebuah tembang yang membuat Panji Asmarabangun terpana.

               Goleka sing kaya ngapa wong nyatane kelakon seprene

              (sekali pun mencari yang bagaimana pun toh ternyata terjalin hingga kini)

              Saben-saben gandrung wekasane malah mbangun tresna

             (Setiap kali jatuh cinta pada akhirnya malah membangun kasih)

             Dudu banda dudu rupa mung atine dadi tetaline

             (bukan harta bukan wajah hanya hati yang jadi pengikat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun