Selama ini usaha pertanian sering dianggap kurang menyerap tenaga kerja sebab bukan usaha padat karya. Namun kenyataan bahwa untuk mengolah sebuah lahan pertanian sesempit apa pun paling tidak membutuhkan 7 tenaga terampil, seperti: pencangkul atau pembajak, pengairan (kuwawa, jagatirta, ada pula yang menyebut worker), penanam bibit, pembersihan rumput dan gulma, pemetik, penjual, dan pengepul hasil panen.
Perkembangan jaman yang menuntut kerja secara efektif dan efisien dengan hasil yang baik, kini ada pula tenaga penyemaian benih untuk menjadi bibit yang bagus. Sekitar 15 tahun lalu, penyemaian benih kebanyakan hanya dilakukan untuk tanaman padi. Sedang untuk tanaman sayur para petani lebih senang melakukan secara tradisional dengan cara menyebarkan di atas gulutan.
Tentu saja cara ini kurang tepat karena pesebaran benih kurang merata apalagi jika saat menyebarkan dengan tangan ada angin kencang. Di sisi lain serbuan hama kala masih tumbuh menjadi kecambah atau masih di bawah 12 hari sangat rentan.Â
Hama bisa berupa jamur, ulat grapyak, serangga, burung, bahkan luapan air yang bisa menghanyutkan benit dan bibit muda sekali pun telah dibuat bedengan atau gulutan untuk mengurangi genangan.
Berbekal pinjaman lunak dari mantan boss kosmetik tempat istrinya bekerja lalu ia membangun semacam greenhouse  dari bambu setinggi 1-2 m dan beratap plastik anti UV. Greenhouse seluas 50 x 50 cm ini didasari tanah humus yang dicampur dengan pupuk kandang halus atau yang telah difermentasi.
Ketebalan dasar humus kurang lebih sekitar 15-20 cm. Selanjutnya lahan dasar ini disemprot fungisida organik yang terbuat dari campuran 1 kg tepung beras dan air perasan 0,25 kg kunyit serta dakonil.
Potongan-potongan plastik berisi tanah katel ini lalu ditata rapi di atas hamparan lahan yang telah didasari tanah humus. Setelah dibiarkan selama 2-3 hari untuk menciptakan kelembaban media barulah diisi benih satu-satu. Tidak boleh lebih agar setiap benih tumbuh dengan baik tidak berebut nutrisi tanah.
Di sinilah perlu ketelatenan dan kesabaran luar biasa. Setelah benih tertanam lalu bungkus benih yang telah diberi nama pemesan dan tanggal penanaman kembali di ladang atau sawah lalu digantung di salah satu sudut tempat penyemaian.Â
Selanjutnya ditutup dengan jaring paranet untuk menjaga kelembaban hingga tunas tumbuh atau 3 hari kemudian paranet dibuka agar mendapat sinar mentari secara tidak langsung serta mendapat semilirnya angin. Untuk menjaga kelembaban, semaian disiram tipis-tipis setiap pagi dan tidak boleh menggenangi agar bibit tidak mudah busuk.
Waktu atau usia penyemaian tanaman sayur daun selama 14-15 hari kecuali kobis selama 25 hari. Sedang untuk tanaman sayur buah seperti tomat, terong, kacang panjang, dan cabai usia semaian antara 25-30 hari. Di bawah usia tersebut tanaman rentan serangan hama. Jika terlambat pengambilan maka Mas Kus akan kehilangan waktu untuk penyemaian selanjutnya.
Di lahannya yang tak terlalu luas, Mas Kus bisa menyemai sekitar 20 ribu benih untuk menjadi bibit siap tanam. Selain itu, ia juga menyediakan benih dan bibit non hibrida yang diambil dari tanaman yang tidak dipanen karena harga turun, misalnya sawi, bayam, dan cabai. Â Namun paling banyak benih cabai.
Sebuah profesi yang tampaknya sepele namun sangat menguntungkan dan juga diperlukan oleh petani. Dalam menjalankan usahanya ini Mas Kus mengerjakan bersama istrinya tercinta.
#Salam lestari alam kita.
#Oleh-oleh gowes  hari Kamis, 24 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H