Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Sejarah ke Goa Selarong, Bantul Jogjakarta

26 September 2020   21:33 Diperbarui: 30 September 2020   12:14 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila wisata ke Jogja, nama seperti Prambanan, Kalasan, Plaosan, Malioboro, Kraton Jogja, Kotagede, Parang Tritis dan Parang Kusumo adalah tempat yang sudah tak asing lagi bagi siapa pun. Bahkan Tebing Breksi yang belum lama muncul pun sudah cukup mendunia.

Namun nama Goa Selarong yang merupakan tempat wisata sejarah justru sering sedikit tersisihkan. Bukan hanya saat pandemi Covid-19 saja tetapi juga pada saat libur panjang. Selama beberapa kali kunjungan dalam dua tahun terakhir terlihat pengunjung tak pernah lebih dari seratus orang pada hari itu.

Bahkan, pada Sabtu, 26 September 2020 hingga jam 3 sore kemarin hanya sekitar 30an orang. Rupanya, wisata sejarah memang kurang menarik wisatawan terutama wisatawan Nusantara, kecuali Borobudur dan Prambanan yang ketenarannya sudah mendunia.

Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Pendapa kecil dan satu ruangan museum yang kini sudah tiada. Dokpri
Pendapa kecil dan satu ruangan museum yang kini sudah tiada. Dokpri
Patung P. Diponegoro ukuran kecil sebelum tangga. Foto dokumen pribadi
Patung P. Diponegoro ukuran kecil sebelum tangga. Foto dokumen pribadi
Tangga menuju goa. Foto dokumen pribadi
Tangga menuju goa. Foto dokumen pribadi
Gerbang Goa Kakung. Foto dokumen pribadi
Gerbang Goa Kakung. Foto dokumen pribadi
Goa Kakung dan laba-laba. Foto dokumen pribadi
Goa Kakung dan laba-laba. Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Padahal Goa Selarong yang merupakan tempat semedi dan mengatur strategi oleh Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda yang terkenal dengan sebutan Perang Jawa. Perang Jawa yang berlangsung 1825-1830 betul-betul sangat menguras tenaga dan keuangan Belanda. Sehingga Belanda terpaksa berbuat licik dengan menipu Pangeran Diponegoro pura-pura mengadakan perjanjian namun kemudian menangkap dan mengasingkan ke luar dari Tanah Jawa.

Pangeran Diponegoro yang dilahirkan dengan pada 11 Nopember 1785 kini diperingati dalam sebuah ritual Grebeg Diponegoro atau Grebeg Selarong pada setiap tanggal tersebut.

Acara bukan hanya dengan membuat gunungan hasil bumi yang disajikan untuk seluruh warga Desa Gowasari tempat di mana Goa Selarong berada. Tetapi juga diadakan pengajian. Hanya saja tahun 2020 ini ritual Grebeg Diponegoro belum tentu bisa dilaksanakan.

Goa Selarong yang berada di Dusun Kembang Putihan, Desa Goa Sari, Kecamatan Pajangan, Bantul Jogjakarta adalah sebuah goa buatan yang berada di tebing kapur yang nyaris tegak lurus.

Goa ini dibuat sebagai tempat persembunyian dan menyusun strategi Pangeran Diponegoro dalam perang gerilya selama lima tahun. Goa ini ada dua buah, yakni Goa Kakung tempat pangeran Diponegoro bersembunyi dan Goa Putri tempat berada para selir Pangeran Diponegoro.

Untuk naik menuju goa, saat ini kita harus mendaki tangga sebanyak 167 anak tangga yang tiap anak tangga setinggi 25cm. Ini berdasarkan hitungan penulis tadi pagi. Bisa dibayangkan betapa tingginya pada masa lalu yang saat itu belum ada tangganya selain jalan setapak batu cadas dan kapur yang licin di saat musim hujan. Apalagi bukit ini sangat rimbun oleh pepohonan yang lebat.

Mungkin inilah yang membuat Belanda sangat kesulitan menaklukkan sebab goanya sangat terlindung secara alami. Di sisi lain pasukan Pangeran Diponegoro yang berasal dari warga desa setempat membuat perlindungan pagar betis hingga di depan goa. Sehingga dapat dengan mudah menghantam pasukan Belanda dari atas tebing.

Gerbang Goa Putri. Foto dokumen pribadi
Gerbang Goa Putri. Foto dokumen pribadi
Goa Putri. Foto dokumen pribadi
Goa Putri. Foto dokumen pribadi
Dilihat dari atas. Foto dokumen pribadi
Dilihat dari atas. Foto dokumen pribadi
Tangga menuju menuju puncak tebing. Foto dokumen pribadi
Tangga menuju menuju puncak tebing. Foto dokumen pribadi
Air terjun kering. Foto dokumen pribadi
Air terjun kering. Foto dokumen pribadi
Air terjun menjelang musim kemarau. Dokpri
Air terjun menjelang musim kemarau. Dokpri
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Goa Selarong sebagai tempat wisata sejarah secara alami juga menyodorkan keindahan alami seperti air terjun dari sungai kecil tapi hanya ada saat musim hujan saja. 

Jika ada nyali naik ke tebing di atas goa kita bisa juga melihat tebing-tebing pantai selatan selerti Parangtritis dan sekitarnya. Lelah naik tangga kita bisa istirahat sambil menikmati irama desiran angin dari dedaunan pohon trembesi, asam, rukem, beringin, dan gayam atau duduk-duduk di ayunan sambil makan buah-buahan lokal seperti ciplukan, sawo kecik, jambu mente, jambu alas, mangga kuweni, pisang kepok, pisang emas, dan talas serta bentul yang kita beli dari pedagang di sekitar goa.

Inilah keunikan tempat wisata Goa Selarong, para penjualnya kebanyakan para wanita lansia warga setempat. Pengunjung bisa juga membeli atau sekedar melihat pembuatan kipas bambu, kursi taman dan totem, serta patung gerabah. Tentang pembuatan kipas bambu sudah penulis posting tiga tahun lalu. Untuk kursi taman dan patung gerabah akan menyusul.

Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Pilih mana? Foto dokumen pribadi
Pilih mana? Foto dokumen pribadi
Es dawet 4 ribu per gelas. Foto dokumen pribadi
Es dawet 4 ribu per gelas. Foto dokumen pribadi
Pendapa dibongkar dan dijadikan semacam kolam tapi belum terisi air. Foto dokumen pribadi
Pendapa dibongkar dan dijadikan semacam kolam tapi belum terisi air. Foto dokumen pribadi
Malu. Foto dokumen pribadi
Malu. Foto dokumen pribadi
Mari mengunjungi Goa Selarong saat ke Jogjakarta. Harga tiket masuk hanya Rp 6.000,- termasuk asuransi. Sangat murah sekali

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun