Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesobek Kafan

20 September 2020   16:30 Diperbarui: 20 September 2020   16:37 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berseru demikian ia bangun dan menarik kain kafan di atas pelupuk matanya dan dengan sangat terengah melihat kiri kanan kuburan dengan wajah ketakutan.

"Hlo kok takut dia akan menutupi dirimu."

"Jangan Mbah...dia minta aku mengembalikan kain kafannya. Aku takut Mbah... tolong kembalikan ya...." Rajuknya sambil berdiri lalu mohon pamit.

0 0 0 0 0

Sesobek kafan. Dokpri
Sesobek kafan. Dokpri
Mentari masih di atas ufuk barat kala aku berada di sungai untuk membersihkan diri dan menghilangkan gerah di badan. Sesaat kemudian Kang Jadi datang untuk ngguyang (memandikan) sapinya.

"Mbah tadi di dekat jembatan ada anak muda nabrak rambu hati-hati tikungan tajam. Motornya hancur walau kepalanya bendhol seperti bakpao. Katanya dia dikejar pocongan!" Cerita Kang Jadi

Aku mengangguk-angguk sambil membayangkan untung tadi kuberi kain kafan asli bukan kain kafan palsu darinya.

"Anak mana dia?"

"Tadi ada polisi datang dan mengatakan dia begal dan sering mencuri sepeda motor yang sedang dikejar."

"Jadi dia dikejar polisi dan pocongan ya?"

Kang Jadi hanya tertawa mendengar pertanyaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun