Jangan heran jika ada petani dari desa lain yang jaraknya lebih dari 18 km tempatnya mencari jerami. Misalnya petani dari Desa Pajaran wilayah Tajinan mencari jerami ke Desa Temboro wilayah Tumpang, atau dari Desa Wringin Anom wilayah Poncokusumo mencari jerami ke Desa Sumber Keradenan di wilayah Pakis Jajar.
Seperti saat kami panen tiga hari lalu, ada sekitar 10 petani pemilik sapi yang tidak saling mengenal dan dari enam desa yang berjauhan meminta jerami untuk pakan ternak mereka atau dijual seharga Rp 50.000,- perikat atau satu kali angkut dengan sepeda motor kepada pemilik sapi.Â
Sekali pun jerami ini diberikan secara cuma-cuma  namun mereka secara sukarela menyabit sendiri sejumlah kebutuhan mereka lalu menggeblok  atau merontokkan pandi.
Setelah jumlah yang diperlukan sudah mencukupi mereka bergotong-royong pula membantu mengangkat ke bahu para pencari jerami tadi. Bahkan ada pula yang membantu mengikatkan pada sepeda motor jika mengalami kesulitan.
Memang ada pula yang datang agak kesiangan sehingga pada saat mengangkat ke sepeda motornya harus berjuang sendiri setengah mati. Mungkin malu mau minta tolong pada pemilik lahan yang telah memberinya secara gratis apalagi sang pemilik berwajah unyu-unyu seperti penulis.
Maka jangan heran pula di sekitar Malang jika panen padi yang terlihat hanya tiga orang yakni satu keluarga pemilik lahan tersebut dan kadang baru selesai saat senja atau jam 5 sore lebih. Asal sebelum burung malam mulai menampakkan diri.
Salam lestari alam kita.
Salam hijau. Rahayu...rahayu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H