Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepintas Mengenal Vihara Dhammadipa Arama, Batu-Malang

11 Mei 2020   11:58 Diperbarui: 11 Mei 2020   13:18 3299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang bikkhu muda sedang membantu bikkhu senior kembali ke Kuti. Dokpri

Vihara Dhammadipa Arama secara administrasi sebenarnya berada di Kecamatan Junrejo,Batu.  Saya sebut Batu-Malang hanya sedikit untuk mengenalkan bahwa 15 tahun yang lalu Kota Batu  masih merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Bahkan sampai sekarang pun masyarakat masih lebih banyak menyebut Batu sebagai bagian dari Malang Raya.

Vihara Dhammadipa Arama tepatnya berada di Dusun Ngandat, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Batu. Pemancangan tiang pertama sebagai Veluvana sebagai Dhammasala pertama. Disebut Veluvana karena dinding bangunan terbuat dari bambu. Namun lantainya dari papan dan atapnya genteng, bukan sirap atau seng. 

Pemancangan pertama ini pada tanggal 15 Agustus 1971 selesai pada 19 September 1971 dengan bangunan Dhammasala dan Kuti. Pada saat itu, wilayah Junrejo masih berupa peladangan dan hutan rakyat yang cukup lebat bahkan hingga awal tahun 80an ketika pertama kali saya belajar vipasana (semedi) di sana. 

Sejak tiga tahun terakhir perkembangan kota Batu menjadi kota agropolitan perkembangan sangat pesat sehingga wilayah hutan, ladang, dan sawah semakin terkikis berubah atau alih fungsi menjadi komplek perumahan dan kluster kelas menengah. Bahkan kiri kanan vihara ada hotel berbintang 4 dan beberapa rumah kelas atas. 

Jika anda ingin berkunjung ke sana tanda paling gampang dijumpai adalah gerbang utama berupa dua stupa besar setinggi tiga meter dengan petunjuk papan kecil bertuliskan Vihara Dhammadipa Amara. 

Pada Kamis, 7 Mei 2020 atau pada Tri Hari Suci Waisak 2564 TB (Tahun Buddhis) di Vihara Dhammadipa Arama tidak diadakan puja bhakti bersama umat secara bersama selain secara live streaming melalui media sosial sehingga penulis baru bisa mengunjungi pada Minggu, 10 Mei 2020 kemarin. 

Semoga tulisan ini bisa sedikit mengenalkan Vihara Dhammadipa Arama kepada para pembaca yang mungkin sekali waktu ingin berkunjung ke sana. Namun harus memperhatikan tata tertib yang harus dipatuhi dan jangan menganggap tempat ini sebagai tempat wisata.

Foto 2. Dokpri
Foto 2. Dokpri
Foto 3. Dokpri
Foto 3. Dokpri
Foto 4. Dokpri
Foto 4. Dokpri
Dhamasala yang dibangun pertama kali.

Foto 5. Dokpri
Foto 5. Dokpri
Buddha dalam possisi mudra dhyana atau samadhi atau meditasi di dalam Dhammasala pertama.

Foto 6. Dokpri
Foto 6. Dokpri
Relief Buddha sedang semedi yang terukir di tembok belakang Dhammasala pertama. 

0 0 0 0

Di masa pandemi Covid-19 ini seperti halnya di tempat lain, sebelum masuk wilayah dalam atau setelah gerbang ke 2, pengunjung wajib diperiksa suhu badan oleh seorang petugas, kali ini dilakukan oleh seorang Atthasilani atau peserta wanita yang mengikuti pendidikan di vihara tersebut. Serta wajib mencuci tangan. Foto 2.

Setelah melewati gerbang ke 2, di sebelah kanan ada gedung Dhammasala (foto 3) yang merupakan tempat untuk puja bhakti dan membabarkan Dhamma. Dhammasala ini baru berusia sekitar 6 tahun, sedang Dhammasala yang pertama kali (foto 4, 5, dan 6) dibangun seperti yang tertulis di atas, berada di sebelah kanan persis Dhammasala ini. 

Untuk menyingkat tulisan, penjelasan langsung saya tulis di bawah foto.

Foto 7. Dokpri
Foto 7. Dokpri
Pagoda Patirupaka Shwedagon, lima puluh meter dari Dhammasala pertama. Pagoda ini tampak jelas dari gerbang utama maupun gerbang ke 2.

Foto 8. Dokpri
Foto 8. Dokpri
Batu peresmian Pagoda Patirupaka Shwedagon.

Foto 9. Dokpri
Foto 9. Dokpri
Patung Buddha di depan (menghadap) Pagoda Patirupaka Shwedagon.

Dokpri
Dokpri
Patung Dewi Welas Asih ( Dewi Kwan Im) ada di depan kiri Pagoda Patirupaka Shwedagon.

0 0 0 

Dari Dhammasala pertama, kita berbelok ke kanan halaman dalam di mana keheningan harus betul-betul dijaga. Hindari berbicara, bergurau, dan memetik bunga atau tanaman (dilarang membunuh) sekali pun bunga-bunga di sana sangat menggoda keindahannya. Nikmatilah dengan memandang saja tapi jangan ada kemelekatan di hati dan pikiran.  

Dokpri
Dokpri
Di pintu pagar masuk halaman kita sudah diingatkan tentang ini. 

Dokpri
Dokpri
Sekitar 30 m dari pintu halaman dalam kita akan melihat patung kelahiran Pangeran Sidharta Gautama.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Di sebelah kiri patung kelahiran Pangeran Sidharta Gautama ada Bhavanasabha sebuah ruangan untuk meditasi atau vipassana. Siapa pun boleh ikut, dan tentu saja harus patuh pada peraturan ada sesuai dengan ajaran Buddha. Misalnya, sehari makan hanya dua kali yakni pada jam 6 pagi dan sebelum tengah hari. Rentang waktu semedi paling sedikit selama 7 hari. 

Tujuan vipasana adalah untuk mencapai penerangan sempurna. Selain itu peserta juga bisa mengikuti samatha atau bersemedi untuk mencapai ketenangan bathin.

Dokpri
Dokpri
Melangkah sekitar 10m dari patung kelahiran Pangeran Sidharta Gautama kita akan melihat sebuah patung yang menggambarkan saat Sidharta Gautama sedang bersemedi.

Dokpri
Dokpri
Di sebelah kiri patung Sidharta Gautama yang sedang bersemedi, ada patung yang menggambarkan kala Buddha menerima 5 siswa pertama yakni: Kandanna, Badhiya, Vappa, Mahanama, dan Assaji.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Di sisi utara atau kanan dari Sidharta Gautama yang sedang semedi ada ruangan seperti pendhapa yang diberi nama Bale Kambang, yang artinya ruangan yang berada di sekitar dan di atas kolam atau tempat yang berair. Memang Bale Kambang ini berada di atas dan di sekitarnya kolam yang cukup luas dengan tanaman lotus yang sangat indah. Tempat ini bisa digunakan untuk semedi atau vipasana.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Di sebelah kanan Bale Kambang ada patung Slepping Budha yang cukup besar dengan warna keemasan seperti tampak pada foto pertama di atas. Seperti yang penulis sebut di atas, di depan Slepping Buddha terdapat kolam seukuran 20m x 20m yang dipenuhi dengan bunga lotus.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Di belakang Slepping Buddha ada gedung Uposatthagara yang merupakan tempat untuk menahbiskan samanera (calon bikkhu) menjadi bikkhu. Di depan Uposatthagara ada dua patung Buddha berdiri dan sebuah stupa besar. Di sebelah kiri Uposatthagara ada genta perunggu yang biasanya digunakan saat ada upacara tertentu atau digunakan sebagai tanda akan adanya kegiatan. Genta semacam ini juga ada di depan Pagoda Patirupaka Shwedagon namun penulis sengaja tidak menampilkan karena saat itu di sebelahnya ada seseroang yang sedang semedi.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Di sebelah kiri kanan Uposatthagara hingga pintu masuk halaman depan adan juga beberapa bangunan atau ruangan kecil berukuran 2m x 2m  yang terbuat dari kayu ulin. Ruangan atau bangunan kecil ini disebut Kuti merupakan tempat tinggal para bikkhu selama berada di Vihara Dhammadipa Arama.

Semua ruangan atau bangunan yang ada di bagian dalam  Vihara Dhammadipa Arama terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Sedang bangunan lain atau yang ada di bagian halaman luar berupa gedung beton atau tembok.

Atthasilani. Dokpri
Atthasilani. Dokpri
Atthasillano dan Samanera. Dokpri
Atthasillano dan Samanera. Dokpri
Seorang bikkhu muda sedang membantu bikkhu senior kembali ke Kuti. Dokpri
Seorang bikkhu muda sedang membantu bikkhu senior kembali ke Kuti. Dokpri
Dokpri
Dokpri
Apa saja kegiatan yang ada di dalam  Vihara Dhammadipa Arama? Paling utama adalah tempat vipasanna atau semedi untuk mencapai penerangan sempurna. Dan, samatha untuk mencapai ketenangan bathin. Selain itu merupakan tempat belajar bagi Atthasilani (mahasiswa putri) dan Atthasillano (mahasiswa putra) belajar.

Dokpri
Dokpri
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

Mugi sadaya titah rahayu basuki

Sumber:

Tentang sejarah sepintas pembangunan Vihara Dhammadipa Arama berasal dari Bpk. Supar, S.Pd - dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa, Batu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun